Chapter 46

80 20 2
                                    

Loona menggeliat. Tubuhnya terasa remuk namun ia merasa bahagia. Mungkinkah ini karna ia baru saja bermimpi menjadi putri salju. Seorang pangeran menggendongnya bahkan ia tertidur pulas dalam dekapan pangeran. Ah, rasanya mimpi itu terlalu nyata dan Loona tak ingin secepatnya berakhir.

Terlalu menghayati mimpinya Loona duduk seraya memeluk tubuhnya, menggoyangkannya ke kanan dan ke kiri begitu bahagia.

"Tidurmu nyenyak?"

Loona membuka matanya sempurna menyadari ada sosok lain yang berada di kamarnya "Kenapa masuk dalam kamarku?" Sadar Loona dengan wajah bingung.

"Kau pikir jika bukan karnaku apa kau bisa masuk ke kamarmu sendiri? Hah, kau bahkan tak tahu bagaimana caranya pulang kemarin"

Kemarin? Tak tahu caranya pulang?

Tunggu . . .

Kening Loona berkerut berusaha mengingat. Ia mengurutkan rangkaian aktifitasnya kemarin. Siang ia pergi ke kampus, ketika kuliah selesai Lisa mengajaknya berkencan, mereka minum. . . lalu . . . mengobrol . . .

Lalu . . .

Loona menarik ujung rambutnya frustasi karna tak mengingat kejadian setelah di cafe.

Tunggu. . .

Belum selesai mengingat kini pandangan matanya bersikukuh dengan bahu polosnya.  Ia hanya menggunakan tanktop hitam dan selimut lalu dimana bajunya?

Loona menarik kembali ujung rambutnya frustasi. Bahkan Yoongi yang duduk di dekat meja belajarnya diam-diam menikmati ekspresi keputusasaan itu. Susah payah Yoongi menahan bibirnya agar tak tertarik kesamping.

"Berhenti menarik rambutmu, Min Loona" titah Yoongi lalu melipat tangannya didepan dada siap mengintrogasi.

Loona menundukkan kepalanya takut dan merasa bersalah. Ingin bertanya pada Yoongi apa yang terjadi dengannya kemarin namun ia terlalu takut mendapati kemurkaan sang suami

Tiba-tiba saja ponsel Loona bergetar. Seingat Loona ponselnya kehabisan daya kemarin tapi sekarang ponsel itu menyala dan kini menunjukkan foto Lisa disana.

Secepat kilat Loona langsung meraihnya "Hallo, Lisa"

"Loona kau baru bangun?"

"Ya"

"Syukurlah. Maafkan aku tadi malam tak bisa mengantarmu pulang"

"Kau tidak mengantarku pulang? Lalu tadi malam aku pulang dengan siapa?"

"Kau belum bertemu dengan Yoongi?"

"Ah, belum mungkin ia sudah berangkat kerja"

Loona melirik takut presensi sang suami. Keadaan kamar yang sunyi dan jarak mereka yang tak terlalu jauh hingga Yoongi bisa mendengar obrolan keduanya walaupun samar.

"Eunha menelponku dan menanyakan tentangmu. Tadi malam ia bertemu dengan Yoongi dan memberitahu Yoongi kita sedang berkencan. Eunha juga yang memberitahu Yoongi dimana tempat kita berkencan dan sepertinya Yoongi sangat marah"

Tamatlah riwayatmu, Loona!

Loona memejamkan matanya. Rasanya ia ingin menangis sambil berguling-guling. Bolehkan Loona pura-pura tidur lagi?

"Loona, Loona kau disana"

"Hmm. Kalau begitu aku tutup telponnya"

"Loona jangan lupa siang ini kita ada kuis. Kau jangan terlambat"

"Hmm"

Loona menutup telponnya, meletakkannya kembali diatas nakas. Ia tertunduk lesu. Pikirannya kacau dan tatapan tajam Yoongi semakin memperburuk pikirannya.

Love MazeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang