Gerak kaki berjalan melangkah kesana kemari, bagai ada sapuan angin yang masuk dari celah pintu kamar secara tak henti— suara telapaknya mampu membangunkan seseorang dari mimpi malam yang panjang, mengusik pendengaran sensitif sang predator dari balik tempat sunyi yang tak banyak orang lalui— kini, salah satu kawanan mereka bangkit dan membuka mata.
Telinganya berdengung, menegak setiap kali suara gaduh dari napas seseorang melewati kamarnya seolah sedang ketakutan. Diikuti gerak cepat yang tidak bisa dia tebak siapa— Ethan pada kakinya mulai berjalan melewati sensor yang segera terbuka untuk mempersilahkan dirinya keluar
Hening. Yang dia temukan hanyalah kekosongan, sepasang netra kelam sang elang bergulir ke arah dimana lorong kamar terbentang oleh kegelapan. Dapat dia rasakan aura mencekam baru saja dilalui oleh seseorang di sini, maka Ethan dengan tenang berjalan melewati setiap kamar saudaranya. Melangkah perlahan lahan untuk memastikan jika dugaannya tidak benar
Anak itu tiba pada pintu kamar sang kakak, terkunci. Belum ada keterangan jika pemiliknya keluar dan melewati garis pintu yang masih bersih— kepalanya bergerak meneliti setiap dinding rumah. Hujan telah lama surut, hal itu membuatnya dapat lebih mudah mengetahui siapa yang bertamu sepagi ini
Lalu tepat saat dimana kaki itu menapak pada kamar tidur sang adik, pintu terbuka dengan keterangan seseorang baru saja keluar dari sana.
Hans
Ethan terdiam, mendengarkan baik baik bunyi gaduh yang terus mengganggu indera pendengaran. Membawa kakinya cepat berlari memecah gelapnya lorong di depan— firasatnya mengatakan jika sang adik berada di dalam keheningan yang kini turut menelan seluruh tubuhnya di sana.
Bagai ikatan batin keduanya telah terikat, Ethan dapat merasakan suasana tak nyaman yang membuatnya terus mengikuti kemana arah tujuan. Mencari korban yang mungkin saja tersesat dan tidak mengetahui keman arah jalan pulang— lalu tiba saat dimana maniknya menemukan punggung seseorang dari belakang — Ethan menurunkan kecepatan kakinya. Berjalan secara lambat mendekati satu anak di ujung tangga, Ethan menarik bahunya lalu menemukan—
"Jadi kalian yang bermain kejar kejaran" Ethan menatap penuh telisik pada satu anak yang terpojokan "Who are you?"
•—•
Taehyung membasuh wajah kantuknya dengan air, berkumur untuk menetralisir tenggorokan kemudian kembali membiarkan air mengaliri wajah basahnya menjadi segar. Dia mematikan keran wastafel, termenung beberapa saat dirinya lagi lagi harus memikirkan tentang kejadian tak terduga ketika malam lalu.Memikirkannya membuat Taehyung hanya dapat menduga duga, anak laki laki itu? merupakan putra Haewon, rupanya sudah selama itu mereka tidak berjumpa dan bertemu tatap lagi. Ntah kenapa, rasa sakit dari perkataan Jimin tentang para putra—nya membuat gelisah pada perasaan Taehyung menjadi semakin besar
Dia bukan tidak memaafkan, hanya saja dia tidak bisa melupakan
Taehyung menghela napas panjang, mengusap rambut basahnya ke belakang lantas berbalik berniat untuk kembali pada kamar tidurnya sekarang. Bangun sepagi ini memerlukan banyak tenaga sebab suaminya terus menggelung tubuhnya seperti seekor ular
Maka dengan itu dirinya berbalik, tepat sesaat tubuh itu berputar— kaki yang semula hendak melangkah maju tiba tiba terhenti dan melompat terkejut hingga membentur dinding wastafel. Taehyung bergetar selagi memegangi dada, bagaimana tidak? jika ketika niatnya baru saja akan tercipta, belum juga setengah dia akan melakukan namun di depan sana perawakan pria Jeon telah meruntuhkan seluruh ekspektasinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
J E O N ' S || KV 3
RomanceKisah mereka belum sampai di penghujung cerita, ada sebuah janji yang telah terikrar untuk dipertanggung jawabkan di hadapan tuhan atas nyawa seseorang sebagai jaminan Pernikahan tulus menghadirkan beberapa nyawa sebagai pelengkap hubungan, bukan ha...