"Paling tidak dia bertahan hingga waktu yang telah ditentukan, melahirkan anak premature bukan satu kesalahan benar Jeon?"
Sesungguhnya pria Jeon telah muak, obrolan Choi San begitu menggebu tentang keinginannya ingin menjadi seorang ayah. Pria itu terlalu memaksakan takdir yang jelas tidak diperuntukkan untuknya, ini bukanlah urusan Jeongguk namun setiap kali dia membandingkan kemampuan dirinya dengan sang tuan rumah kerap kali membuat darah di kepalanya mendidih
"Jika aku berada pada satu pilihan, antara suamiku dan calon anakku. Maka aku akan memperjuangkan putraku lebih dulu. Bagaimana denganmu Jeon?"
Jeongguk melirik pria Choi, menatap penuh rasa ingin merobek wajahnya detik itu juga. Dia menurunkan satu kaki, kembali menegakkan posisi duduknya kemudian menghadap sang teman yang tampak tenang menunggu jawaban darinya
"Aku tidak perlu memilih. Sampai aku mati suamiku akan terus aku perjuangkan." Jeongguk mengetuk meja di depan, membuat raut wajah Choi San berubah menjadi menohok seolah tak percaya ketika mendengarnya
"Aku mendengar banyak cerita tentangmu, dan aku sudah melewati saat saat dirimu yang dulu. Kau denganku, sama sama menjaga pasangan kita dengan baik. Kau mengurungnya seperti seekor burung dan aku mengandanginya seperti —"
"—anjing"
Ucapan Choi San terhenti, lidahnya kelu sesaat sang lawan bicara menyela dan mengucapkan kata yang sebelumnya tak pernah dia duga akan keluar di hadapannya
Jeongguk memasang netra sang elang tajam, pandangannya kian menggelap— mengundang kesadaran Choi San timbul disusul diamnya untuk menjaga kestabilan emosi sang lawan bicara. Dia kelewatan batas, seharusnya dia dapat menahan setiap kata untuk tidak berakhir menyalakan sumbu api milik si pria Jeon menyala
"Kau mengandanginya seperti seekor anjing, merantainya dan kau ikat agar tak ada siapapun yang dapat mengambilnya darimu. Kau benar, kita sama namun tak serupa. Aku mengurungnya, menjaga sesuatu yang jelas aku bahagiakan dari perasaan hingga hatinya. Aku menjadikannya sebagai pasanganku untuk aku jadikan sebagai suamiku, sekali dan seumur hidup, dari mulai napasku hingga akhir hayatku. Dan kau menikahinya untuk kau jadikan percobaan sperma mu, menjadikan dirinya sebagai sapi perah dan hewan ternak agar terus berkembang biak untuk menjadi penerusmu" Jeongguk berucap tenang, perlahan namun setiap kata itu menusuk hati sang lawan bicara yang kini termangu dan menutup bibirnya kaku
Lalu Jeongguk menunjuk kepala sendiri "Choi San, kepalamu di sini—" dia menaikkan kaki "—namun otakmu di sini" tepuknya pada lutut
Pria Choi menelan ludah, tangannya mengepal namun hatinya terus berusaha tenang agar tidak lebih keras untuk melunakan hati si pria Jeon. Jika dia naik sedikit maka Jeongguk sudah jelas lebih tinggi sepulung tangga di atasnya. Jika dia semen cair yang baru akan mengeras maka pria Jeon telah lebih dulu menjadi batu dan dinding kokoh yang tak akan runtuh
Choi San menarik napas panjang, "Bagaimanapun kita manusia memerlukan penerus agar—"
"Agar apa Choi? jika kau mati yang kau pikirkan bukan lagi tentang dunia yang selamanya tak menjadi fana, seberapa banyak hartamu sekarang? seberapa baik namamu sekarang? penerus? seolah ketika kau mati nanti kau bisa menyaksikan jika nama mu akan dikenang dengan pasti. Bukan nama baik yang terpajang melainkan batu nisan yang akan menjadi hiasan di atas rumah mu nanti"
"Jika kau menginginkan penerus dengan menaruhkan nyawa suamimu, maka jangan terlalu percaya diri untuk mensejajarkan harga dirimu denganku. Kita tidak selaras, membandingkan dirimu denganku saja sudah merendahkan nama baikku. Maka berhati hatilah dalam ucapanmu Choi San, kau yang menarik kata katamu atau aku sendiri yang akan menarik mulutmu darimu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
J E O N ' S || KV 3
RomanceKisah mereka belum sampai di penghujung cerita, ada sebuah janji yang telah terikrar untuk dipertanggung jawabkan di hadapan tuhan atas nyawa seseorang sebagai jaminan Pernikahan tulus menghadirkan beberapa nyawa sebagai pelengkap hubungan, bukan ha...