Chapter 20

3.4K 306 87
                                    

"Apa yang terjadi?"

Jaehyun menjatuhkan tubuhnya pada kursi, mengusap wajah gusar setelah waktunya dia habiskan menemani sang majikan di atas sana. Meninggalkan mereka yang saling menyimpan banyak pertanyaan di benak mereka, Jaehyun menerima uluran segelas air "Terima kasih" kemudian meneguknya habis

Wanita paruh baya tampak mengambil posisi duduk di dekatnya, menatap cemas pada sang pekerja yang telah menemani masa hukuman si putra kedua Jeon untuk yang pertama kali. Sebelumnya Ethan merupakan anak yang jauh dari kata amukan papi—nya, banyak dari mereka berpikir jika mungkin saja melihat si kecil dalam keadaan marah adalah hal yang mustahil terjadi

Namun kenyataannya sekarang dugaan mereka salah besar

"Bukankah itu fatal?"

Jaehyun menoleh, menggelengkan kepala dan menatap pantulan dirinya dari meja kaca "Ethan tak sedikitpun menangis, dia bahkan lebih bisa mengatur dirinya sendiri tanpa berteriak pada sir Jeon. Anak itu diam selama sir Jeon berbicara, tak sekalipun menyela ataupun membela diri. Dia tampak kuat dalam kakinya, menunduk selama kami membiarkan dia di dalam sendirian. Aku yakin kedua kakinya akan membengkak setelah ini— waktu yang dia habiskan berdiri terlalu lama"

Ada helaan napas setelahnya, untuk sekarang dia tidak ingin menebak akan menjadi apa anak itu kemudian. Hanya saja, emosi yang seperti ini lebih sulit untuk mereka pahami. Ethan tidak menunjukkan kapan dia akan keluar, meledak tanpa harus ditiup terlebih dahulu. Mereka mungkin saja akan lengah dan setiap kali waktu itu datang— mereka akan kehilangan sosok putra kedua Jeon

"Kita harus lebih mengawasi Ethan setelah ini, aku khawatir emosinya semakin tidak stabil di setiap proses berkembangnya tumbuh" ujar Jaehyun

"Tuan kecil tidak pernah menyerang siapapun sebelumnya, bahkan dia tidak pernah menunjukkan kekesalannya. Namun.. luka tuan muda bisa dikatakan terparah sebab tuan kecil menggunakan alat untuk melakukannya—" satu pengasuh bergabung, mengingat ngingat tentang anak majikan mereka yang dikenal penurut dan memiliki pribadi yang cukup tenang

Putra kedua Jeon jelas menggegerkan seisi rumah, tentang penyerangan yang dilakukan pada putri dari saudara ayahnya dan tentang luka yang diperoleh tuan muda. Bayangan amukan sang pemilik rumah sudah menggentayangi kepala mereka sejak anak itu dibawa pergi namun sampai detik dimana Jaehyun kembali teriakan serta tangisan masih belum juga terdengar

"Apa yang membuatnya menjadi semarah ini?" maid tertua bersuara, menepuk bahu pekerjanya yang kini menatap pada mereka lelah "Putri tuan Jimin memberikan ciuman singkat di pipi tuan muda, aku rasa penyebab emosinya terpancing keluar dikarenakan Ethan merasa cemburu"

"Cemburu?" para pekerja dapur yang baru saja selesai bertugas segera ikut berkumpul, duduk pada setiap kursi untuk bergabung pada obrolan yang sudah mereka nantikan sejak lama "Bukankah itu hal normal terjadi?"

"Umumnya bisa dikatakan biasa terjadi, namun apakah tindakan tuan kecil bisa dimaklumi? jika pada satu kali saja menyebabkan jatuhnya korban terluka?"

Seharusnya anak itu mengundang pujian serta senyuman gemas terhadapnya, seperti anak seusianya. Merasa cemburu merupakan hal yang lumrah terjadi— bahkan tak sedikit dari mereka berperilaku lucu dan menunjukkan sisi amarahnya dengan cara yang menggemaskan. Namun hal ini terjadi diluar dugaan, bukan pujian yang datang melainkan cacian serta makian yang dilayangkan oleh Jimin setelah putrinya mendapat perlakuan secara kasar

"Dia seolah tengah terancam, ketakutannya berkumpul setiap kali tuan muda berinteraksi dengan gadis kecil itu" mereka bertatapan, mengingat kembali tayangan pada saat dimana dua putra Jeon tengah bertengkar "Dia bahkan tidak menangis sekalipun tuan kecil Zack membuat keningnya berdarah" cicit seseorang

J E O N ' S || KV 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang