Chapter 37

2.8K 345 103
                                    

"P—papi.."

Sang ayah berdiri di depan, pria tersebut merendahkan tubuhnya untuk berlutut. Dia mengulurkan satu tangan— melirik ke arah satu balita kecil yang menatapnya penuh ketakutan "C'mere" ucapnya dengan suara rendah. Mengetuk pintu keberanian Ethan yang secara tak sadar melepaskan pegangan di tangan adiknya

Hans tampak bimbang di tempatnya, kantuk yang semula menyergap seolah menghilang total dengan sendirinya. Tangan yang dipegang oleh sang kakak bahkan menjadi dingin dan basah oleh keringat. Anak itu menatapnya bergantian, antara orangtuanya atau saudaranya yang kini melepaskan pegangan

"One.."

Lalu manik elang Hans bergulir kembali pada papinya, pria Jeon tampak menyeramkan namun sekaligus memberikannya celah bantuan. Hatinya takut untuk melangkah, takut jika anak di sampingnya akan meneriaki atau memberinya hukuman. Namun, seolah tatapan dari sang pemimpin lebih mengutuk nasib baiknya— maka dari itu Hans menjauhkan diri dari Ethan

"Two.."

"pwapii.. " balita tersebut melangkah dengan hati hati, masih dengan Ethan yang tak kunjung melepaskan pandangan dari pria di depan. Anak itu seolah terhipnotis oleh kehadiran Jeongguk yang begitu mengejutkan. Meyakinkan Hans untuk berlari lebih jauh, sang putra ketiga kini sepenuhnya berbalik untuk menoleh pada sang ayah— dia merentangkan tangan "pwapi.. hans coOo scarled pwapi.."

Jeongguk membiarkan anak itu menubruknya, memeluknya erat dengan tubuh bergetar hebat di pelukannya. Napas Hans mulai memendek, tangan mungil itu meremat kaos yang dikenakan ayahnya sekuat tenaga. Hans terus meramalkan kata bahwa dia ketakutan, memecah keheningan di antara ketiganya— "Ssshh.. do not cry Hans" bisik Jeongguk menuntut

Masih dengan sang putra kedua yang tidak bergeming di tempatnya, Jeongguk melepaskan pelukan. Lantas menatap wajah memerah Hans yang kini tengah menahan tangis di depannya — dia menaruh telapak tangan untuk menutup wajah putranya "Close your eyes" yang pada saat itu juga Hans dibawa untuk bersandar pada bahunya, dia memberikan beberapa kali tepukan di punggung si kecil yang perlahan getaran pada tubuh Hans berangsur menghilang— menyisakan deru napas teratur dengan mata terpejam Hans terlelap di pelukan sang ayah

Mata Ethan membola, tersentak kala melihat bagaimana cara ayahnya menenangkan balita itu terlalu cepat. Pasang mata elang sang ayah bahkan mengkilat ketika kini menatapnya, dia tak kuasa bertahan pada bentengnya maka Ethan mengibarkan bendera kekalahan. Dia menunduk—

"Ethan"

"Yes sir"

Mulutnya membeku, seolah ada benda tajam yang masuk ke tenggorokannya dan membuat dia tak sanggup bersuara. Ethan merasakan panas di pelupuk mata yang hampir keluar, dia mengusap matanya secara kasar lalu meremat ujung baju kala dirasa pria tersebut bangkit dan melangkah maju ke depan

Anak itu sudah siap dimarahi, keberaniannya yang tadi kini menghilang tak tersisa lagi. Sungguh, rasanya begitu mencekam kala pria Jeon menangkap basah aksinya. Maka Ethan memejamkan mata—  telinganya terbuka dengan air mata menetes membasahi wajah. Dia takut, takut sekali hingga lututnya bergetar dan tak sanggup menopang lagi

Papi tolong maafkan Ethan

Namun pada saat pergerakan orang di depannya tak terdengar lagi, Ethan akhirnya membuka mata "Papi.."

Sebuah tangan terulur ke arahnya, anak itu tak percaya hingga menyeka air mata untuk memastikan dia siapa. Dia mendongak, menatap perawakan orang itu jika dia benarlah ayah yang dihormatinya. Jeongguk mengulurkan tangan "Take my hand"

Yang tanpa menunggu waktu lama bagi anak itu meraihnya. Ethan menahan tangis, menggenggam tangan besar tersebut dan merematnya erat. Merasakan aliran darah seolah menghangat kala kulit keduanya saling bersentuhan, Ethan mengembangkan senyuman

J E O N ' S || KV 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang