— kapan tuanku akan kembali?"
— suamiku~"
"Di sini sayang... saya mendengarkan."
"Saya berjanji kita akan makan malam bersama" Jeongguk memindah lembaran kertas ke dalam laci, mendorong kursi kerjanya dengan kaki tanpa berniat turun selagi satu tangan sibuk memegangi ponsel. Berbicara melalui panggilan telepon bersama kekasih tercinta, Taehyung menghubunginya pada saat dia masih di dalam waktu bekerja, diliriknya arloji sebentar— tersisa lima belas menit untuknya bersiap akan pulang.
"Sir manajer keuangan— " ucapan sekretaris terhenti, tepat ketika dia baru saja menaikkan pandangan— sang atasan memberinya gestur tangan agar tetap diam. Menurut, dia menunggu dengan postur tubuh membungkuk sopan.
"Saya akan meminta Jaehyun untuk tetap menemanimu di rumah, sementara mereka akan saya jemput ketika pulang nanti— letakkan di sana, kau boleh pulang." ucapnya menunjuk ke arah sekretaris yang pada waktu bersamaan Taehyung mengangguk mengerti di seberang.
"— I do, candyboo i love you more."
Panggilan dimatikan, Jeongguk lekas bangkit dan merapikan sisa pekerjaan untuk dia bawa pulang. Bergerak cekatan pada setiap laci, dia tak melupakan satupun barang yang menjadi keperluannya selama bekerja di rumah nanti.
Langit kembali menurunkan airnya, tetesannya tak begitu deras namun cukup membuat rambut pria Jeon basah akibat angin yang meniupnya kencang, menyapu wajah tampan pemilik mata elang yang kini berdiri di depan lobi— satu mobil datang dan berhenti tepat di hadapannya.
Jeongguk memasang handsfree di telinga kiri, berjalan memasuki mobil dan tak menyadari pandangan seseorang tengah melihatnya dari sisi. Orang itu memeluk tubuh sendiri kedinginan, hujan terlalu mendadak dan membuatnya harus terkena angin malam.
"Sir Jeon.." cicitnya pelan hampir berbisik
Mustahil dapat didengar oleh pemiliknya yang kini sudah menutup pintu mobil dan menaikkan kacanya penuh. Suara hujan memblokir segala suara di bumi, menyebabkan sapaan malamnya tak didengar, sekretaris memberikan bungkukan sopan sesaat kepala Jeongguk menoleh singkat ke arahnya.
Pria itu hanya diam, ntah melihatnya atau melihat ke arah gedung kantor yang tinggal tersisa beberapa karyawan beserta security. Tanpa sedikitpun mempedulikan keadaan pekerja yang sempat memasuki ruang kerjanya beberapa saat lalu, Jeongguk melaju pergi dan meninggalkan sekretaris seorang diri.
Berbicara mengenai atasannya, pria Jeon merupakan orang yang irit bicara, tidak hanya jarang sekali berbicara— namun pria itu juga jarang terlihat tersenyum untuk membalas sapaan setiap pekerja. Bahkan dirinya, lama dia menjabat sebagai sekretaris, tak sekalipun dia pernah melihat ukiran wajah itu ketika tersenyum akan setampan apa.
Gosip kantor selalunya membicarakan tentang pesona pria beranak tiga tersebut.
Masih bisa bekerja saja sudah sangat beruntung, sekretaris tidak pernah mengharapkan apapun dari sang atasan, termasuk sebuah tumpangan. Tentu saja tidak, bahkan dari auranya saja pria itu bukan orang yang memiliki kepedulian terhadap sekitar.
KAMU SEDANG MEMBACA
J E O N ' S || KV 3
RomantikKisah mereka belum sampai di penghujung cerita, ada sebuah janji yang telah terikrar untuk dipertanggung jawabkan di hadapan tuhan atas nyawa seseorang sebagai jaminan Pernikahan tulus menghadirkan beberapa nyawa sebagai pelengkap hubungan, bukan ha...