Chapter 68

2.2K 297 145
                                    

Hening, semua orang menutup mulut tak membiarkan sedikitpun suara keluar. Masih pada keterkejutan, bentakan sang majikan tatkala menyeret ketiga anaknya pergi masih meninggalkan bekas yang mendalam di rungu setiap orang yang mendengar. Bagaimana jeritan sang putra secara bergantian meminta ampun pada ayahnya— namun Jeongguk tak menggunakan telinga hingga yang dia pasang hanyalah amarah serta cengkraman erat pada masing masing lengan anaknya.

Waktu seolah berhenti pada saat tindakan tegas si pemimpin menggetarkan nyali mereka yang berada di lokasi kejadian, Taehyung menutup mulut menyembunyikan luka. Perih pada kakinya tak sebanding dari tangisan ketiga putra—nya, suaminya tak sedikitpun menoleh untuk terus berjalan menaiki tangga dengan kondisi salah satu dari anaknya sudah tak kuasa mengimbangi langkah lebar pemimpinnya.

Layaknya tengah menjadi saksi bisu kejadian, pada jeritan serta tangisan yang terdengar. Mereka menatap lantai dimana pria Jeon menggiring anak itu pergi, bahkan setengah jam telah berlalu tangis itu belum juga mereda. Teriakan sakit bagai menyayat hati setiap orang yang mendengarnya, tak sekali mereka bergetar kala suara bentakan pria Jeon terdengar

Majikannya benar benar telah dibuat murka.

Beradu dengan suara berisik petir di langit, keributan di atas bahkan tak seberapa dibandingkan suara tangisan putra Jeon yang meminta ampun. Taehyung mengepalkan tangan merasa gelisah, namun kembali merintih sesaat benda dingin terasa menyentuh luka bakar yang sedang dideritanya.

"Tolong.. maafkan putraku, atas apa yang mereka perbuat. Aku benar benar meminta maaf" Taehyung berucap penuh penyesalan

Mendapat sentuhan di paha dari korban tumpahan kuah panas tadi, wanita dapur tampak menggeleng berkata tak apa meski seluruh tangannya telah mengelupas dan mustahil dapat digerakkan secara bebas "Tuan muda.. itu tidak apa apa, kecerobohan saya sebab tidak langsung menaruh panci itu pada tempatnya. Bukan hanya saya yang terluka di sini, namun anda juga."

Dia berusaha menenangkan, tidak hanya satu bahkan mereka semua berkumpul di sofa untuk menemani kegelisahan Taehyung saat ini. Bersama handuk silih berganti membalut kaki sang majikan dengan es batu, seluruhnya kini dapat merasakan hawa pahit yang menguar di dalam rumah ini begitu saja.

Itu semua adalah kesalahannya, seharusnya Taehyung mendengarkan ucapan suaminya. Mungkin jika pada saat itu dia segera melaksanakan perintah, maka semua ini tidak akan terjadi. Mimpi buruk tidak akan datang pada para putra—nya kini, dan amarah sang tuan jauh lebih mengerikan dari mimpi itu sendiri.

"Jae.." Manik kucing Taehyung berbinar sesaat perawakan pekerja terpercayanya turun dari tangga. Jaehyun berjalan dengan bahu melayu, meminta sang majikan agar tetap duduk— dia berjalan mendekat "Tidak, tuan muda."

Jaehyun mencegah bangunnya Taehyung dari sofa, berdiri di hadapan mereka yang menunggu kabar baik akan dibawakan olehnya— tangan kanan pria Jeon itu hanya diam sebelum bersuara "Tuan muda, anda sebaiknya kembali ke kamar anda sekarang untuk beristirahat."

"Putrak—" baru saja Taehyung menggerakkan mulutnya hendak berbicara, tetapi Jaehyun segera menyela "— saya mohon untuk kali ini, turuti perintah agar semuanya menjadi mudah tuan muda." ucapnya menegaskan.

Napas Taehyung tercekat, melihat sorot mata sang pekerja menjadi tak seramah biasanya. Terjadi sesuatu yang pasti sangat membuatnya frustasi hingga harus berbicara seperti ini, maka kepala sang majikan mengangguk. Ayah dari tiga anak itu menerima rangkulan tangan Jaehyun yang kini membawanya ke dalam gendongan. Melingkarkan lengan di bahu sang pekerja— Taehyung sekarang hanya bisa pasrah pada keputusan yang diambil pria—nya.

•—•

"—papi we're sorry hik"

J E O N ' S || KV 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang