"Sir, ada yang bisa saya bantu?"
Satu maid menunduk di tempatnya berdiri, tepatnya tak jauh dari keberadaan sang pemilik rumah yang terdiam di depan membelakanginya. Perawakannya menjulang tegak di depan, bahu sekokoh tembok itu bahkan menampilkan otot kekar tanpa balutan kain sebagai penutupnya
Tiba tiba saja suasana terasa menegangkan, dapat dia rasakan jika atmosphere di sekeliling pria Jeon menjadi lebih pahit dari biasanya. Seolah mencekik hingga membuatnya kesulitan bernapas. Maid perempuan memejamkan mata, membuang napas teratur sebelum dia angkat kepalanya untuk kembali menegur sang pemimpin yang tampak masih bergeming tak kunjung memberikan balasan.
"Sir Jeon—"
"Jeon Taehyung." dia bersuara dingin
"Panggilkan dia kemari."
"Baik sir, segera!" yang tanpa membuang waktu lama bagi pekerja dapur berbalik untuk meninggalkan kamar sang majikan. Berjalan tergesa menuruni tangga, panik menyergap dirinya yang hampir kehilangan keseimbangan
"Tuan muda!"
"Oh ya Tuhan! kau mengejutkanku! kenapa sangat terburu buru?!" salah satu maid memukul lengannya, sesaat kehadiran wanita tersebut masuk diikuti gerak kepala orang orang di sekitar saling menoleh untuk melihat apa yang baru saja terjadi
"Ada apa?"
Taehyung dari belakang melangkah maju, masih dengan apron dan juga spatula di tangannya dia mengerutkan kening kebingungan "Apa mereka sudah bangun?" ucapnya santai yang dibalas anggukan cepat oleh sang pekerja dengan napas tersengal dia mencoba menjawab
"Yang mana satu yang sudah bangun?" kini, Taehyung berbalik— kembali melanjutkan aktivitas yang sebelumnya telah tertunda. Selagi menunggu jawaban dari si pekerja lontarkan, laki laki manis itu tersenyum sembari bersenandung kecil. Terlihat bukan sebuah masalah besar jika salah satu dari putra—nya bangun bukan? selama bukan tuan—nya yang bangun maka dia akan baik baik saja
"Hhhh.. s—sir Jeon baru saja bangun dan.. sir Jeon meminta anda untuk menghampirinya tuanhh" ucapnya susah payah
Yang pada saat itu senyum di bibir Taehyung luntur, mata kucing yang sebelumnya menyipit akibat terlalu lebar tersenyum kini membola tak percaya. "Tuanku sudah bangun?!" pekiknya hampir menjerit. Secepat kilat meletakkan alat masak bersama apron yang dia lempar ke sembarang— laki laki dengan tiga putra itu berlari tanpa memperdulikan kondisi masakannya kini
Yang ada pada pikirannya saat ini hanya— suaminya. Sudah pasti dia akan dimarahi! berani sekali meninggalkan seseorang yang jelas lebih berharga dibandingkan bumbu bumbu dapur di bawah sana. Taehyung merutuki kebodohannya, bagaimana bisa dia melupakan jika pujaan hatinya masih terlelap di kamar seorang diri
Sensor mengenali kehadiran dirinya, membuka pintu dan mempersilakan pemiliknya masuk dengan terburu buru. Detak jantung telah berpacu cepat memburu darahnya yang hampir kewalahan. Taehyung menarik napas panjang, tiba pada pintu kamar tidur dirinya terdiam untuk sekedar menyiapkan ancang ancang
Tuhan tolong aku
Sesungguhnya dia telah lalai, memasak bukanlah kewajiban dirinya selama suaminya masih berada di rumah ini. Kewajiban Taehyung hanya satu, yakni Jeon Jeongguk. Suaminya. Pria yang begitu dia hormati dari perkataan serta tindakannya, pria yang dijunjung tinggi oleh banyak orang atas kebijakannya. Maka mengabaikannya seperti ini adalah kesalahan fatal yang baru saja dilakukan oleh dirinya
"Suamiku.." Taehyung membuka pintu, melangkah masuk perlahan dengan langkah kecil hampir tak terdengar
Bayangan wajah datar suaminya telah terbentang jelas di kepala, Taehyung bahkan sudah menyiapkan rangkaian kata sebagai permintaan maafnya kepada sang tuan. Namun kala dirinya masuk ke dalam kamar, ruangan itu kosong. Tak ada perawakan suaminya yang biasa ada di atas ranjang terlelap

KAMU SEDANG MEMBACA
J E O N ' S || KV 3
רומנטיקהKisah mereka belum sampai di penghujung cerita, ada sebuah janji yang telah terikrar untuk dipertanggung jawabkan di hadapan tuhan atas nyawa seseorang sebagai jaminan Pernikahan tulus menghadirkan beberapa nyawa sebagai pelengkap hubungan, bukan ha...