— baiklah, jangan lewatkan sarapanmu. Saya mencintaimu"
Panggilan dimatikan, sesaat suara telepon terputus— hela napas kasar terdengar dari belakang. Pria Jeon terlihat sibuk mengotak atik ponsel pintarnya, mengabaikan keberadaan orang di kursi penumpang, Hans berdecak lidah dan bersuara "Tidak bisakah papi berhenti bersikap manis seperti itu ketika di depan kami? itu menggelikan." si kecil menutup telinga, terlalu muak mendengar keharmonisan yang dibuat oleh kedua orang tuanya.
"Aku baik baik saja dengan itu." Ethan menimpali tanpa mengalihkan perhatian dari Ipad yang dipegangnya.
"Kau tau jika papi sangat tergila gila pada papa? ucapanmu itu akan menjadi sia sia" kini, giliran Zack yang berbicara. Menutup bukunya lantas melirik ke arah dimana sang ayah duduk tanpa menggubris mereka "Tapi papi, aku sedikit setuju dengan ucapan Hans. Itu membuat telingaku sakit sungguh."
"Kalian tidak memiliki ijin untuk berkomentar, sebaiknya kalian tutup mulut."
Balasan datar Jeongguk mengundang hela napas jengah dari kedua putra— nya, lain dengan Ethan yang masih setia bermain pada benda di genggaman nya. Dia sendiri tahu jika kondisi mood sang papi pagi ini sedang tidak bagus, semua itu dikarenakan Taehyung yang tidak bisa menemani mereka sarapan akibat terlalu kelelahan.
"Seandainya semalam kalian tidak menyusahkan suamiku, sudah dipastikan papa mu akan menemaniku."
Dari kursi kemudi Jaehyun melirik wajah masam sang majikan yang tampak masih saja kesal, pria Jeon memang sengaja meminta kepada para pekerja agar Taehyung tidak dibangunkan. Bukan tanpa alasan, melainkan setelah kejadian mengharukan semalam ayah dari ketiga anak itu mengalami kesulitan dalam beristirahat.
Keberadaan tiga nyawa yang membelenggu tubuhnya menyiksa Taehyung hingga tak mampu bergerak secara luas, membuat nyeri di sekujur tubuhnya hadir akibat hal itu. Maka ketika fajar tiba, Jeongguk dengan cepat membawa sang kekasih ke dalam kamar mereka— lalu meninggalkan tiga anak yang masih tertidur pulas di ruang keluarga.
Kini, muka murung pria Jeon tak kunjung berseri. Ketiga putra Jeon bahkan sudah bosan melihat wajah datar sang ayah dari awal mereka bertegur sapa, meski di setiap detiknya tak pernah ada senyuman yang terpajang terhadap mereka— tapi setidaknya, jika ada papa, aura di sekeliling sang pemimpin tidak begitu buruk seperti sekarang.
"Sir, kita sudah sampai."
Laju mobil berhenti di kawasan parkiran sekolah, Jeongguk tak merespon— hanya sekedar memberi gestur tangan agar mereka keluar tanpa melirik ataupun mengucapkan selamat tinggal.
"Papa selalu mengatakan jika senyuman pagi akan membawa kita pada hari yang baik, apa papi tidak pernah mencobanya sekali?" Hans mengenakan ranselnya, diam di ambang pintu dan menunggu jawaban Jeongguk yang diam termangu.
"Saya akan terlambat jika kau terus diam dan tak keluar, kau ingin saya tendang agar keluar? pergi sekolah sekarang."
Hans merotasikan bola mata jengah "Baiklah baiklah aku akan pergi sekarang, pastikan jemputan kami tidak terlambat papi."
"Hm." yang setelahnya kecupan di terima, sebagai imbalan Hans berlari menghindari amukan sang ayah yang kini mengeluarkan umpatan kasar "The hell— so disgusting!"
"See you later~ love ya!"
"Capt! Ethan cepatlah! sebelum monster itu memakan kalian!" dari luar Hans berteriak, tertawa puas melihat raut wajah Jeongguk yang tampak terganggu.
"Kami akan memulai kelas beladiri hari ini, papi bisa menjemput kami setelah kembali dari kantor bukan?" ujar Ethan bersiap pada mantel hangatnya
"Tidak bisa, papi akan pulang lebih awal. Jaehyun akan menjemput kalian."
KAMU SEDANG MEMBACA
J E O N ' S || KV 3
RomanceKisah mereka belum sampai di penghujung cerita, ada sebuah janji yang telah terikrar untuk dipertanggung jawabkan di hadapan tuhan atas nyawa seseorang sebagai jaminan Pernikahan tulus menghadirkan beberapa nyawa sebagai pelengkap hubungan, bukan ha...