8. At the Bathroom

3.6K 171 7
                                    

Author's Note: 

Sebetulnya spicy scene ini nggak seeksplisit chapter sebelumnya. Jadi menurutku sangat mild. Cuma aku tetep merasa nggak pantas post itu semua di wattpadku, yang aku nggak tahu diklik orang umur berapa.

Kalo kalian beli di Karyakarsa aku udah warning ya: lebih mild dan lebih pendek. Harganya juga udah kusetting terendah di KK. Cuma buat yang beneran nggak mau skip aja kalo baca.

Isinya lebih ke Gio yang jatuh cinta lewat hs sih. 

Gitu aja. 

Kalau chapter di wattpad terasa terpotong itu karena kusensor ya. 

Link KK nanti kupost di komentar.

WP/censored version: 900 words.

KK/uncensored version: 1700 words.

**********************************

Suara air yang mengalir menemani permainan mereka malam itu. Air dengan suhu agak hangat terus-menerus menghujani tubuh mereka, digabung dengan desahan Rere dan gumaman Gio.

Gio menghimpit Rere ke dinding marmer kamar mandinya yang mewah itu.

Beberapa menit yang lalu, dia mengajarkan Rere untuk memeluknya dengan kedua tangan dan satu kakinya. Rere menurut, memberikan semua yang dimintanya.

Sejujurnya, Gio juga bingung bagaimana dia bisa sejantungan ini cuma karena bermain dengan Rere di kamar mandi. Dia sudah lupa pernah melakukan hal yang sama dengan berapa perempuan. 

Pokoknya banyak. 

Tapi ada sensasi sendiri mengetahui bahwa Rere hanya pernah disentuh olehnya, dan hanya akan disentuh olehnya.

Why are you so sure?

Suara di kepalanya itu, dia menyadarinya dengan kesal, terdengar seperti Helen, saudara kembarnya. 

Pagi tadi, saat sarapan dengan Helen, Gio berkata sombong, "Paling juga bentar lagi Rere naksir gue, terus mohon-mohon minta nggak gue tinggal."

Helen mendengus dengan sinis. "Yakin, lo, Blue? Paling juga lulus kuliah dia nikah sama pengusaha Medan yang baik hati terus setia. Menantu idaman orangtua. Terus ntar dia pake deh, semua tehnik di ranjang yang dia pelajarin dari lo ke suaminya itu."

Pikiran tentang Rere dan suami idaman itu membuatnya kesal.

*****************************************

Gairahnya tersulut mendengar teriakan Rere.

"Besok Sabtu, lo nggak ada acara, kan?"

"Ng--nggak," Rere berjuang untuk menarik napas, "Belajar seharian."

"Oke."

"Apa--yang--oke?"

"Kalo lo nggak bisa jalan nggak apa-apa."

Dia suka Rere yang biasanya galak, pintar berdebat, dan dingin, berubah jadi manis dan pasrah saat berhubungan seks. 

Ternyata tipenya bukan cewek agresif. Tapi yang pasrah, yang penurut.

Dia suka desahan Rere yang lembut.

Dia suka mendengar napas Rere yang terengah-engah.

Dia suka tubuh Rere yang indah dan hanya pernah disentuh olehnya.

*********************************************************

Ketika Gio membuka mata, Rere sedang memandanginya. 

"Enak, ya?" tanya Rere.

"Lo enak banget, Anjir. Pake pelet apa, lo?"

Rere hanya tertawa.

Never Say NeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang