85. Wanted

1.3K 112 17
                                        

Terharu dengan hadiah ulang tahun dari Gio yang sangat luar biasa dan sangat sesuai dengan seleranya, Rere memanjakan suaminya sampai Gio bersumpah serapah karena merasa nyaris gila di bawah istrinya. Begitu puasnya Gio, sampai dia memeluk Rere tanpa mau melepasnya sepanjang pagi keesokan harinya, tersenyum lebar tanpa henti.

"Ini aku masuk mobilnya gimana, kamu pelukin terus."

"Bolos aja bisa nggak, kan kamu birthday."

"Nggak bisalah. Kuliahku mulai setengah jam lagi."

"Nggak mau. Nggak mau ditinggal kamu."

"Gi. Nanti aku telat."

Tangan Gio masih membelit pinggang Rere. "Abis kuliah nugas dulu?"

"Iya. Kayaknya baru kelar jam 4 deh."

"Lama banget."

"Kamu juga kan mau ke London. Ketemu lagi nanti sore, ya?"

"Kiss me first." 

"Di mobil ya? Nggak mau di teras gini."

Walaupun mereka di UK yang sebetulnya sah-sah saja berciuman di publik, tapi Rere tetap tak nyaman, dan Gio menghormati itu. Di mobil, mereka berciuman cukup lama, sampai Rere sadar dia harus buru-buru berangkat ke kampus kalau tak mau terlambat. 

**********************************

Ada dua kuliah hari itu, dan Rere mencatat dengan rajin. Dia juga menjawab pertanyaan dosen dengan benar dua kali di setiap kelas. Selesai kelas yang kedua, Rere, Nathan dan Chieko dipanggil dosen mereka. 

"We need to send a team for the UK Economics Trivia Game. It sounds unimportant, but it's actually very important for us to win. We haven't won in three years. Last year Cambridge stole the trophy, and the year before that, LSE (London School of Economics) got it. This year, with the three of you on board, we're optimistic we'll snatch the trophy. You'll join, right?"

"Free will and all, they say," gerutu Chieko dengan sarkastis.

"We'll join," kata Rere buru-buru. 

Mereka punya segudang tugas yang harus dikerjakan, tapi Rere tahu kalau Trivia Game ini sangat prestisius di dunia akademisi UK. Kalau menang, mereka, dan tentunya dia sendiri, akan diakui sebagai salah satu orang yang mumpuni di bidang Ekonomi. Dia ingin rasa bangga itu.

Senang mendengar jawaban itu, sang dosen langsung pergi untuk melapor ke dekan, sementara Nathan marah padanya, "You just can't avoid showing off, can you?"

"..........if you didn't want to, why didn't you stop me?"

"I don't wanna embarrass you in front of that Mr. Malhotra," Nathan mendesis. 

"Well, because you didn't say no to it, you're going to do your best to win that game with me and Chieko," gertak Rere, ekspresinya sangat tegas.

Nathan terlihat sangat kesal. Dia mengertakkan giginya, lalu berjalan duluan ke arah cafe tempat Chieko bekerja, tempat mereka akan mengerjakan tugas. 

"He's behaving like a child with a tantrum today," komentar Rere kesal. 

Chieko hanya bisa meringis mendengarnya. 

**********************************

Sementara itu, Gio ke Ranggatama Cuisine London untuk melakukan inspeksi. Dia agak kaget melihat Head Chef yang baru. 

"Hello, Gio. It's been a while."

Di depan Gio berdiri seorang gadis cantik dengan rambut pirang dan mata biru. Cathleen. Tahun lalu, mereka sempat berhubungan singkat ketika Helen melakukan check-up rutin di London. 

Never Say NeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang