27. The Point of No Return

1.4K 129 8
                                    

Author's Note: 

Warning: angst.

Beneran angst sampe aku nangis nulisnya. Jadi yang kuat bacanya yesss.

**********************************

Sehari setelah Jeremy kembali ke Jakarta dan Helen sakit, Gio mendengar kabar kalau saudara kembarnya sudah menjadi pacar orang yang paling tak diinginkannya.

"Gue...... Kemarin jadian sama Jeremy, Blue."

"Jangan dia, Red."

"Blue, I like him since we were in junior high."

"Dia bukan dia yang dulu, Red. He's a jerk. Lo gak tahu separah apa dia, Red."

"Separah, lo, kan?"

"Iya! Dia dan gue sama bajingannya, Red. The last thing I want in this world is you dating him!!!"

"I like him, Blue."

"Anyone but him, Helen, please."

Pertengkaran si kembar tak pernah mudah sejak dulu. Sudah bersama sejak di dalam rahim, kalau satu sakit, yang lainnya juga tak tenang secara mental.

Dan tentang Jeremy, mereka tak pernah sepaham sejak SMA.

Jeremy sudah mengajak Helen berpacaran sejak SMA, tapi Gio selalu menolak dengan sekuat tenaga.

Dia hanya ingin orang baik untuk Helen.

Dan Helen hanya ingin bersama orang yang disukainya.

"Let me live my life, Blue. Please."

"Kalau lo mau lompat dari jurang, apa harus gue biarin aja, Red? Gunanya kita saudara apa? It's my job to protect you!"

"I like him!!! Coba lo bayangin! Andai gue ngelarang lo sama Rere, apa lo bakal diam aja? Lo pasti ngelawan juga!"

"Jangan bandingin Rere sama Jeremy."

"Kenapa, they are the same for us!"

Helen tentunya sudah menangis, semacam reaksi default kalau mereka bertengkar.

"Lo tahu kan resikonya? Lo terancam dikhianatin sama dia, dan ya, jujur aja, you might lose your virginity to him, and he might not even stay with you until the end!"

"Blue! Gue nggak akan tidur sama cowok sebelum gue nikah sama dia!"

"Tahu dari mana? Nggak ada yang tahu jalan hidup, Red. Rere aja ujungnya sama cowok kayak gue."

"Karena itu ajaran mami! Gue mendingan mati daripada seks di luar nikah!"

"Prinsip lo nggak akan bisa bertahan kalo lo sama Jeremy."

Karmakah semua ini? Berapa perempuan yang telah ditidurinya dalam lima tahun terakhir?

Mereka memberikannya dengan sukarela, tapi ketika dia dihadapkan dengan situasi di mana Helen tidak dalam kondisi aman, dia sungguh ketakutan luar biasa.

"Putus aja sama Jeremy, Red. Jangan dilanjutin. Please, gue minta tolong banget."

"I want to be with him."

Si kembar sama-sama menangis.

Telah tiba saatnya ketika mereka tak bisa lagi sependapat, dan rasanya sakit sekali, seolah tulang punggung mereka dicabuti satu demi satu.

"I'm sorry, Bluey."

"No. You're not sorry."

Keduanya berbalik, masuk ke kamar masing-masing, dan tenggelam di dalam duka mereka sendiri.

Never Say NeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang