34. A Roller Coaster Ride

1.4K 126 17
                                    

Author's Note: 

Siap-siap. Aku nulisnya berasa asma mau kumat.

Kemungkinan chapter ini bikin stress. Lebih bikin stress dari yang kemarin-kemarin.

**********************************

Their holiday is over.

Sudah waktunya Gio dan Rere kembali ke Jakarta, karena hari Senin semester baru sudah dimulai.

"Rasanya gue nggak pengen balik ke Jakarta," Gio mengaku, setelah mereka selesai sarapan di samping kolam renang.

"Banyak yang harus kita kerjain."

"Re?"

"Hm?"

"Lo happy nggak bareng gue seminggu?"

Rere memiringkan kepalanya, lalu berpikir.

"Anjir, harus dipikir dulu."

"Not bad, lah."

"Ini tuh kayak simulasi kita kalo udah nikah ntar. Lo suka nggak, seminggu ini?"

"Sering banget exercise, ya."

"You came every single time! Kalo lo bilang nggak suka, gue lempar lo ke kolam renang!"

"Ngegas banget, heran."

"Nggak pengen ngomong manis sekali aja gitu, Re, sama gue? Senangin gue dikitlah."

Rere tertawa, "Kita jujur-jujuran aja deh, Gi. Gue males romantis, ujungnya juga belum tahu."

Gio terlihat kesal, jadi Rere menambahkan, "Tapi gue bisa bilang satu hal, sih. Sama lo gue nggak pernah ngerasa boring."

Wajah Gio yang tadinya cemberut jadi cerah.

"Karena omongan lo tuh adaaaa aja yang bikin gue bereaksi. Kalo kita ke depannya kayak gini, it's really not so bad."

"Kalo kita nikah, lo bakal beda, nggak, Re, ke gue?"

"Gue nggak niat nikah buat main-main. Jadi ya, I will respect you. Bakal ngikutin cara Mama gue treat Papa."

"Kayak gimana itu?"

"Mastiin Papa sehat. Masakin. Atau paling nggak beliin makanan tiga kali sehari. Ke mana-mana izin dulu. Dengerin Papa cerita soal toko atau apapun yang Papa pikirin. Gitulah. Intinya ya, gue bakal jalanin kewajiban gue."

Gio tersenyum lebar sampai pipinya sakit.

"Nggak usah nunggu skripsi gue kelar bisa nggak sih? Gue siap ke Medan besok ngelamar lo."

"Nggak mau. Sidang skripsi dulu. Ini juga buat lo dan keluarga lo."

"Kalo gue kelar tiga bulan lo udah siap nikah sama gue?"

"Siap. Gue kan udah janji."

"Bener lo ya, gue bakal langsung ngelamar lo ke Medan tiga bulan lagi."

"Haha, seorang Giovanni Ranggatama mau buru-buru nikah, aneh banget. Orang kayaknya nggak bakal percaya. Lagian lo baru juga umur 21, ngapain sih buru-buru banget?"

"Kan ketemu lo. Gue butuh ngiket lo cepet-cepet, biar lo nggak lari dari gue."

"Kayak gue ayam aja, mau lo iket."

"Kan udah ngerasain gue iket?"

Wajah Rere jadi merah, teringat permainan dua hari lalu.

"Jangan sebut-sebut lagi."

"Kenapa? Kan seru."

"Dasar mesum!"

"Ngatain gue sekali lagi, gue gigit sampe bekas lo, Re. Biar semua orang tahu lo barusan gue pake."

Never Say NeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang