72. The Wedding Night

1.2K 89 6
                                    

Author's Note: 

Udah pasti 18+ ya. Not for minors. Tolong jauhi kalo kamu belum 18 atau nggak suka genre rated kayak gini. 

Kalo terasa agak terpotong-potong, itu memang karena banyak yang kusensor. 

Versi KK 4,100 kata, versi WP 2,700/

**********************************

Gio mengeluarkan hpnya saat mereka sudah masuk ke penthouse, "Sebelum kamu kubikin berantakan, ayo kita selfie dulu."

Rere lalu mengikuti Gio untuk selfie bersama beberapa kali, mulai dari memandang kamera dengan wajah biasa saja, sampai pose peace, heart sign, juga berpelukan.

Setelah selesai, Gio meletakkan hpnya di meja terdekat, lalu memeluk pinggang Rere. 

Dipandangi agak lama, pipi Rere lama-lama terasa panas.

"Harus banget ngeliatinnya kayak gitu?"

"Kan punyaku, nggak masalah dong mau kuliatin sampai pagi juga."

Mata Gio yang penuh cinta dan gairah membuat Rere gerah dan akhirnya membuang muka.

"You're so pretty, Re....."

"Iyalah cantik, yang dipakai harganya ratusan juta."

"Tuh kan, masih aja ngomongnya gini. Kamu cantik beneran, Baby. Lihat kamu malam ini rasanya kayak minum banyak whiskey, padahal aku sama sekali nggak minum alkohol. You make me feel drunk."

Gio mencium pipi Rere, lalu menggigit kecil dagu istrinya.

Saat Gio memegang dagunya, memintanya memandang matanya lagi, Rere merasa agak lemas melihat wajah Gio.

Pandangan mereka jatuh ke bibir masing-masing, sama-sama terengah-engah bahkan sebelum berciuman.

Tentu saja, malam itu bukan malam pertama mereka. Mereka sudah berhubungan seks berkali-kali. Tapi, malam itu adalah malam pertama mereka sebagai suami-istri yang sudah resmi menikah secara agama maupun hukum.

Bukan lagi friends with benefits, tapi suami-istri.

Rasanya malam itu adalah malam paling penting seumur hidup mereka. 

Rere tak menyangka sama sekali, enam bulan lalu, ketika dia sangat murka pada Stephen, mantan pacarnya yang selingkuh dengan sahabatnya sendiri sejak SD, dia akan bertemu dengan calon suaminya.

Rere mendekati Gio untuk balas dendam pada mantannya. Siapa sangka, Gio malah mengikatnya dalam pernikahan, memberi semua mimpi-mimpinya, dan kini menjadi bagian penting dalam hidupnya?

Gio pun merasakan jantungnya berdebar tak karuan, dan gairah yang meningkat tajam bagai badai yang tak sanggup dibendungnya lagi.

Gio sendiri tak tahu kalau dia sudah lama mengagumi Rere, gadis paling cerdas di Fakultas Ekonomi yang langganan IP tertinggi dan menang berbagai penghargaan. Tanpa dia sadari, tak dipedulikan oleh Rere ketika semua perempuan lain tertarik padanya, ternyata membuatnya selalu penasaran dengan gadis ini. 

Rere jarang posting selfie di instagramnya, lebih sering tentang kegiatannya, atau makanan yang dimakannya. Jadi sejak dulu, Gio sering mengikuti keseharian Rere dari Instagram teman-teman gadis itu. 

Ketika Rere mendadak datang padanya untuk mengajak pura-pura pacaran, Gio tak melepaskannya. Enam bulan yang mengaduk emosinya telah berlalu. 

Gio pertama kali merasakan jatuh cinta, dan hanya Rere yang bisa membuat emosinya turun naik dengan gila. Selain pertama kali mengejar seorang perempuan, Gio juga jadi termotivasi untuk menjadi orang yang lebih baik. 

Never Say NeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang