39. The Request

1K 118 10
                                    

Jam setengah tujuh pagi mobil Gio sudah ada di depan lobby apartemen Rere. Dia melihat Rere muncul dengan tote bag besarnya, dan keluar untuk membukakan pintu.

"Padahal lo nggak usah repot-repot jemput gue. Gue bisa sendiri."

Gio membantunya memasang seatbelt, sebelum mencuri ciuman singkat di pipi yang membuat Rere membeku.

Matanya menatap Gio dengan kaget.

Gio tahu. Mencium pipi itu jelas lebih manis daripada berhubungan seks. Orang yang fwb biasanya tak saling mencium pipi.

Tapi dia ingin, jadi ya sudah, gas saja.

Rere tentunya akan overthinking, namun so what? Toh Gio lebih overthinking lagi tentang gadis itu. Biarlah mereka sama-sama pusing. Jangan hanya dia yang pusing.

"Udah sarapan?"

"Udah. Lo?"

"Udah juga," Gio menjawab.

Mereka langsung menuju kampus.

Rere menengok ke arah Gio dengan was-was, namun Gio pura-pura tak melihatnya.

Daya tahannya sudah mulai menipis. Daya tahan untuk memperlakukan Rere seolah dia bukan siapa-siapa untuknya kecuali partner friends with benefits. Dia ingin menunjukkan rasa sayangnya. 

Bukan untuk Rere sadar, apalagi balas menyayangi. Dia hanya sudah tak sanggup berpura-pura lagi. Dia ingin seumur hidup bersama Rere. Kalau seumur hidup harus bersandiwara, rasanya itu terlalu berat.

**********************************

Gio menemani Rere ke bagian administrasi untuk mengurus  aplikasi sidang skripsinya. Butuh waktu untuk mendapat tanggal sidang, karena dosen pembimbing dan dua dosen pengujinya harus menemukan jadwal yang sama untuk melaksanakan sidang itu. Rere akan dikabari kalau sudah dapat jadwal.

Selain itu Rere juga bertanya, "Saya dan Gio mau mengajukan lulus awal, karena saya diterima di Oxford, dan saya mau mulai kuliah bulan Oktober di sana."

Lalu riuhlah kantor administrasi itu, karena semua kenal Rere yang sering bolak-balik minta surat untuk syarat ikut berbagai lomba, dan sering juara satu. Dia kebanggaan satu fakultas. 

"Selamat ya, Rebecca! Luar biasa banget diterima di Oxford!"

"Tapi cepat sekali ya mulai kuliahnya. Bukannya biasanya nunggu setahun? Atau udah dapat beasiswa?"

"Iya, Bu, beasiswanya udah ada."

"Hah? LPDP kan butuh waktu? Apa dari kedutaan Inggris?"

"Bukan, Bu. Beasiswa pribadi."

Barulah mereka semua sadar lagi akan keberadaan Gio yang sejak tadi menemani Rere. 

"Sebentar, tadi kamu bilang, Gio juga mau minta lulus awal?"

"Iya. Saya mau ngurus usaha ayah saya di UK."

Semua pegawai administrasi memandangi Gio yang hampir tak pernah masuk ke kantor itu. Semua tahu dia cucu pemilik universitas. Sebetulnya melihat mereka berdiri berdua saja sudah aneh, tapi mereka juga mendengar kabar kalau keduanya berpacaran. Betul-betul pasangan yang di luar nalar. 

".........Kalau nggak urgent, sebaiknya Mas Gio selesaikan saja semester ini, baru berangkat ke UK setelahnya."

"Nggak bisa. Saya harus selesaikan skripsi saya secepat mungkin, lalu segera ke UK."

Tidak bertanya lebih lanjut karena memang bukan wewenang mereka, petugas administrasi itu hanya melakukan tugasnya. 

"Kalian berdua isi formulir ini, lalu lapor ke Dosen Wali kalian. Nanti dia yang akan membantu mengajukan request lulus awal kalian. Sebetulnya bisa kalau ada alasan kuat. Jadi nanti kalian harus mengerjakan banyak tugas dan mengikuti kelas online dengan hitungan jam tertentu. Kalau sudah terpenuhi, kalian bisa diluluskan dengan syarat nilai-nilai kalian mencukupi."

Never Say NeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang