62. Her Praise

1K 95 15
                                    

Seminar Digital Platform Marketing yang direncanakan selama tiga bulan akhirnya terlaksana weekend itu. 

Meski dalam situasi personal yang menegangkan antara Rere, Max dan Gio, acara itu tetap terlaksana dengan baik. 

Awalnya Gio ikut jadi panitia hanya karena dia tak ingin Rere terlalu banyak berinteraksi berdua Max, tapi pada akhirnya dia juga jadi menikmati acara itu. 

Tugas utamanya di hari H adalah memastikan acara berjalan lancar sesuai jadwal, dan mencarikan solusi segera bila ada masalah. 

Bagi Rere, awalnya dia tak ada ekspektasi apapun pada Gio. Gio bisa apa sih? Dia kan benci berorganisasi, apalagi jadi panitia event. 

Tapi ternyata Gio bertanggung jawab sekali. Dia selalu standby di hari H, dan para junior yang satu divisi dengannya semua memuji Gio yang cepat tanggap bila ada masalah. 

Calon CEO Ranggatama Corporation ternyata bukan modal tampang saja, batin Rere. Mungkin Gio adalah tipe orang yang kuat menghadapi tekanan. Karena dia paling tenang saat terjadi masalah. 

Masalah paling besar mereka adalah pembicara mereka, dosen senior dan terkenal yang juga staf kepresidenan, terjebak kecematan sekitar 30 menit sebelum sesinya dimulai. 

Ketika semua orang mulai panik, Gio mengutus Hendra untuk menjemput sendiri sang dosen naik motor.

Simple, tapi tak ada yang terpikir begitu dari divisi acara, kecuali Gio. 

Ada beberapa masalah lain yang diselesaikan calon suaminya itu. Rere mengamatinya sambil sibuk memastikan registrasi, teknis seminar seperti slide dan mic, serta konsumsi tak ada yang kurang atau bermasalah. 

Max bertanggung jawab untuk mendampingi para narasumber dan memastikan semua kebutuhan mereka terpenuhi di lokasi seminar. 

Hati orang memang tak ada yang tahu. 

Dalam waktu singkat, Max berubah jadi membenci Gio. Dia merasa miliknya direbut. 

Kita tahu kenyataannya dia yang terlambat bergerak, tapi ya begitulah. Image memang tak selalu sama dengan kenyataan. 

Secara rahasia, Max berharap Gio mengacaukan tugasnya sendiri pada seminar itu. 

Yang terjadi malah kebalikannya. Gio bekerja sangat baik, sampai semua junior yang jadi panitia terkagum-kagum. 

Untungnya Gio tak tertarik dengan organisasi. Kalau dia dulu bersaing dengan Max untuk jadi Ketua Himpunan FE Chrysanthemum University, mungkin Max bisa kalah. 

Max juga tadinya berharap, kalau Gio bekerja asal-asalan, Rere akan merasa malu dan kesal, lalu berkeluh kesah dengannya. 

Namun ternyata dia tak bisa mendapat kesempatan itu. 

Yah, Max orang yang cerdas dan juga tampan. Sejak kecil, dia selalu mendapat yang dia inginkan. Baru sekali ini dia kalah. Yaitu dalam mendapatkan Rere. 

Lepas dari semua pikiran toxic yang Max rasakan, seminar mereka berjalan sangat luar biasa, sampai mendapat pujian dari Dekan dan Rektor mereka. 

**********************************

Hari Minggu malam setelah seminar hari kedua selesai dengan lancar, seluruh panitia dinner bersama. Weekend selanjutnya ada event pembubaran panitia. 

Mereka akan menginap semalam di sebuah villa yang cantik di Bogor. Villa siapa? Villa-nya keluarga Ranggatama, tentu saja. 

Untuk Gio, meminjamkan villa keluarganya untuk acara kampus sama seperti meminjamkan bolpen. Suatu hal kecil. 

Tapi junior mereka semua bersorak-sorai saat mendengar mereka akan bisa merasakan tinggal di villa mewah keluarga Gio walau hanya sehari. 

Never Say NeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang