Gio betul-betul mentransfer dua belas milyar lagi ke rekening bank Rere sehari setelahnya.
"Lo gila, ya? Lo punya jaminan apa gue nggak bakal lari bawa uang lo?"
"Kalo lo kabur tinggal gue cari."
"Ini uang lo di gue udah ada lima belas milyar, Anjing! Gue harus gimana???"
"Kan gue udah bilang. Nikahin gue. Kalo mau nunggu gue lulus, fine. Kalo lo semerasa bersalah itu bawa uang gue, nikahin aja gue besok di KUA."
"SINTING!!! NIKAH DIBUAT MAIN-MAIN!!!"
"Lima belas milyar itu nggak sedikit. Gue nggak main-main."
"YANG BILANG SEDIKIT ITU SIAPA???"
"Dih, teriak-teriak. Panik lo?"
"IYA GUE PANIK!!! SALAH GUE PANIK??? DUIT LO LIMA BELAS MILYAR DI GUE, BANGSAT!!!"
"Ya udah tinggal jalanin yang udah kita bahas, apa susahnya. Lo teriak-teriak juga nggak ada yang bakal berubah."
Rere memegang kepalanya karena stress.
"Lo ajuin skripsi, gue apply ke Oxford," Rere membuat kesimpulan.
"Oke."
**********************************
Minggu pagi, Rere yang sadar ada suara bel pintu. Gio tak sadar, terlalu sibuk menciumi leher Rere.
"Ada bel, Gi. Gi. GIO!!!"
"Apa???"
"Ada bel!"
Gio mengernyit sejenak.
"Fuck! Itu pasti si Reddy! Waktunya ke mansion mami! Gue mandi dulu, lo temuin Reddy."
Sejenak Rere lupa Reddy itu siapa.
Kemudian dia baru ingat. Reddy itu Helen. Kembarannya Gio.
Rere buru-buru merapikan kemejanya dan mengikat rambutnya. Bibirnya bengkak, tapi mau bagaimana lagi? Masa pakai masker?
Dia berlari ke pintu depan lalu membukanya.
"Eh? Ini Rebecca, ya?"
"Iya. Helen, ya?"
"Yup. Mana Gio?"
"Lagi mandi."
"Oh, oke."
"Masuk," ajak Rere. Awkward, tapi berusaha tersenyum.
Helen melihat bibir Rere bengkak, tapi tak berkomentar.
"Rebecca udah sarapan?"
"Udah. Kalo Helen gimana?"
"Udah juga."
Helen berjalan masuk, lalu ke ruang makan. Dia melihat buku-buku Rere berserakan di atas meja, dengan laptop di situ.
"Maaf ya, berantakan."
"Nggak apa-apa. Santai aja. Nggak usah diberesin. Aku juga kan mau pergi lagi ke rumah mami-papi."
"Aku tadi bikin smoothie mangga. Kalo suka, aku ambilin."
"Boleh. Wow. Sehat banget, ya."
"Aku suka minuman manis. Jus buah itu cukup bikin happy."
Helen mengikuti Rere ke dapur.
Dia ikut mengintip ke kulkas ketika Rere membuka pintu. Ada dua salad bowl yang Rere buat tadi pagi.
"Kalian sarapan salad?"
"Nggak. Tadi makan lontong sayur. Ini salad buat ngemil."
"Buat kamu aja? Buat Gio juga?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Say Never
RomanceRebecca adalah mahasiswi paling cerdas di kampus. Pemenang berbagai penghargaan, ketua angkatan, dan dijuluki kampus queen. Populer, cantik dan smart. Pacarnya ganteng, sahabatnya juga keren. Tapi dunianya runtuh ketika dia tahu pacarnya selingkuh...