47. In The Car

1.2K 88 8
                                    

Begitu bangun pagi itu, mami langsung ke ruang kontrol CCTV di mansion, ditemani oleh seorang ART perempuan dan Pak Rudi, Kepala Rumah Tangga. 

Mami tak meminta bantuan satpam. Dia hanya bertanya, "Mana CCTV yang menyorot lorong paling ujung kiri lantai dua?"

Seorang satpam menunjuk layar monitor yang menunjukkan CCTV tersebut. Mami mencari rekaman tadi malam, dan memutar mundur, kemudian menemukan rekaman Gio masuk ke kamar Rere tadi malam.

Mata mami langsung berkaca-kaca, tapi dia berusaha keras menahan tangisnya. 

Saat berjalan kembali ke kamar tidurnya, mami merasa down. 

Mau apa lagi, Gio memang sudah seperti itu sejak SMA, tidur dengan perempuan begitu mudahnya. Masalahnya, kali ini Mami merasa Gio telah merusak anak gadis baik-baik. Mami tak terima rasanya, walaupun Rere bukan anaknya. 

Sampai di kamarnya, mami menangis di kamar mandinya yang mewah agar tak terdengar oleh papi. 

Untung saja, sebentar lagi Gio akan menikahi Rere. Kalau tidak, mami sendiri yang akan menyuruh Gio segera menikahi gadis itu. 

**********************************

Makan pagi berlangsung agak sendu, karena Mami tak banyak bicara. 

"Kamu kenapa, Sayang? Sakitkah? Kayaknya kok lemes banget pagi ini," tanya Papi. 

Mami memaksakan diri untuk tersenyum.

Rere memandangi Mami Gio yang terlihat agak pucat pagi ini. 

Pak Rudi membawakan tas berisi bekal makanan Helen. Setiap hari Helen dikirimi makanan dari chef mansion, yang ekstra sehat, bebas MSG, dimasak dengan minyak baru, dan bumbunya ringan. 

Selalu juga ada buah dan snacknya. Snacknya bukan beli, tapi buatan chef juga. 

Helen tidak bisa makan sembarangan. Salah makan sedikit dia bisa langsung jatuh sakit. 

"Rere mau bawa makanan juga, nggak, kayak Reddy?" tawar Mami.

"Nggak usah repot-repot, Tante."

"Lho, nggak repot, kok. Kan sekalian. Ini buat pasien yang ada penyakit jantung aja cocok. Sehat banget. Pak Rudi, coba bukain, kasih lihat Rere menunya apa."

Isinya nasi beras merah, opor ayam, sayur bayam, oseng tempe, susu kedelai, buah mangga yang sudah dipotong-potong, dan oat cookies rasa coklat.

"Rere suka nggak? Kalo mau bawa aja, kayak aku," Reddy ikut menawarkan. 

"Kelihatannya enak," jawab Rere.

"Mau ya?"

"Iya, Tante. Makasih."

"Pak, tolong siapin satu lagi buat anak perempuanku yang kedua."

Rere jadi malu, tapi bagaimanapun dia jadi tersenyum mendengarnya. Siapa yang tak kagum dengan Gia Ranggatama, yang mengepalai yayasan sosial Ranggatama, punya banyak restoran Korea di Indonesia, food carts masakan Indonesia di Eropa, juga CEO catering makanan sehat yang punya banyak sekali pelanggan?

Dulu, Rere hanya jadi peserta seminar di Chrysanthemum University di mana Mami menjadi pembicaranya. Kini, Mami menyebutnya putri kedua. 

"Mami nggak nawarin aku bawa makanan juga?" tanya Gio.

"Ngapain? Kamu nggak pernah mau dari dulu."

Tak biasanya, mami menjawab Gio dengan nada dingin dan pedas, sampai papi berbisik ke Gio, "Kamu ngapain?"

Gio mengangkat bahu, "Aku nggak ngapa-ngapain," dia balas berbisik.

*********************************

Never Say NeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang