20. His Love Language

2K 145 9
                                    

Hidup Gio kini sangat berbeda dengan sebelumnya. 

Kini, dia rajin masuk ke kelas. Tugas-tugas dia kerjakan. Dia juga mulai bimbingan skripsi. 

Sebetulnya Gio cerdas, hanya saja pernah ada satu masa ketika dia di SMA, dia merasa muak dengan takdir. 

Ya, masih tentang Helen, kembarannya yang bolak-balik harus operasi jantung. Dia dulu marah pada Tuhan, dan menolak menjadi orang baik seperti ajaran dan keinginan orangtuanya. 

Tuhan saja tak baik pada Helen, buat apa dia harus jadi orang baik seperti maunya Tuhan?

Lalu Gio mulai mengenal seks, alkohol, dan berhura-hura.

Tapi yah, sejauh-jauhnya seseorang merantau, ada suatu saat di mana dia butuh pulang.

"Pulang" nya Gio adalah ketika dia bertemu Rere, yang tak ada angin dan tak ada hujan, melemparkan dirinya pada Gio. 

Friends with benefits yang berbentuk pura-pura pacaran untuk Rere bisa balas dendam pada Stephen. Namun setelah menghabiskan waktu bersama Rere, apalagi menjadi first man-nya Rere di ranjang, dia tak bisa berpaling lagi. 

Sang playboy laknat jatuh cinta, dan dia tak sudi melepas Rere untuk siapapun juga.

Karena Rere adalah orang yang sangat berprestasi, mau tak mau Gio juga harus merapikan hidupnya. 

Dia yang tadinya tak punya tujuan hidup, kini berusaha agar bisa pantas bersanding dengan Rere. 

Ayah-ibunya sangat terharu karena Gio akhirnya menemukan titik baliknya dan serius ingin memperbaiki diri.

Hari-hari Gio kini terasa agak asing. Sudah lama dia tak jadi anak baik, orang baik, dan orang yang teratur. 

Tapi ya, itu, resikonya. 

Kalau berantakan, dia takut ditendang Rere dari hidupnya.

Jadi mau tak mau, dia berbenah diri.

**************************************************

Selama sebulan, Gio dan Rere hidup dengan damai. 

Senin sampai Jumat mereka kuliah dengan rajin, weekend mereka "honeyweekend" di apartemen Gio. 

Lima belas milyar bukan uang yang sedikit. Rere merasa wajib memenuhi gairah Gio, karena uang itu, dan rencana "transaksi jangka panjang" mereka. 

Sebetulnya yang paling pertama tahu Gio jatuh cinta dan sudah berubah adalah teman-teman dekatnya. 

Suatu hari, saat mereka makan di kantin, ada seorang mahasiswi yang berusaha main mata dengan Gio. Cewek itu juga memakai pakaian yang dulunya selera Gio, rok mini dan tank top dengan belahan dada rendah. 

Jeremy dan Hendra sudah sadar sejak tadi, tapi Gio tak sadar. 

"Gi, ada yang bening lihatin lo terus dari tadi."

Gio mengangkat wajahnya, melihat ke cewek seksi itu, lalu membuang muka lagi.

"Bodo amat."

"Serius lo?" 

Gio malah menelepon Rere.

"Lo jadinya mau dipesenin ketoprak apa mie ayam sih? Ketikan lo gak jelas."

Jeremy dan Hendra mendengarkan percakapan itu, walau hanya searah dari sisi Gio saja.

"Ya jangan suruh gue pilihin, orang elu yang makan ntar."

"Ngapain bingung sih? IPK lo 3,9 tapi milih makan bingung, Anjir! Ya udah gue beliin dua-duanya aja. Lo buruan ke sini. Makan dulu. Udah kayak hantu perpus lu di situ terus. Makan atau gue suruh tutup perpusnya?"

Never Say NeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang