63. The Dramatic Vacation

1K 105 18
                                    

Warning: 

siap-siap mood swing baca chapter ini. Dari aww so sweet, ke nangis, ke ngamuk, wkkk.

3,500 kata nih. Keterlaluan sih kalo kalian nggak vote atau komen.

**********************************

Minggu kedua tinggal bersama, Rere menghadapi masalah Gio yang suka mengerjakan skripsinya tengah malam sampai menjelang subuh. 

Rere sendiri adalah a morning person. Dia biasa bangun pagi, dan jam 10 malam sudah mengantuk. Sementara Gio yang sering night life dan dugem dulunya, betah begadang hingga jam 4 pagi. 

Bukannya Gio lebay mengerjakan skripsi tengah malam, tapi dia memang merasa paling fresh and awake itu setelah midnight.

"Jam tidur lo kacau banget, pusing gue," Rere berkomentar suatu pagi, saat memasak sarapan. 

Sarapan yang dimasanya simple, hanya sosis, telur dan salad. 

"Gue ngerasa baik-baik aja."

"Tapi nggak sehat, Gi. Lo tidur cuma dua jam."

"Ntar gue tidur abis kuliah pagi."

"Di mana?"

"Di hotel deket kampus."

Rere geleng-geleng kepala.

"Kalo tidur gue kayak lo, pasti gue udah sakit."

"Iya, lo emang kalo tidur gak bisa diganggu banget. Harus 8 jam. Mau gue ajak main harus nunggu lo bangun dulu."

"Emangnya harus, lo buat skripsi after midnight? Udah kayak vampir aja lo."

"Gue ngerasa otak gue paling jalan itu after midnight."

"Ntar lo jadi CEO itu harus bangun pagi lho."

"Kata siapa?"

"Lah? Papi lo aja kalo berangkat kan pagi."

"Yang bakal nyalahin gue kalo gue masuk kantor jam 12 siang siapa? Companynya juga punya gue."

Rere ingin marah mendengarnya.

"Lo harus kasih contoh yang baik, tahu!"

"Kan kerja 8 jam. Masuk jam 12 siang, pulang jam 8 malam. Sekarang di Jakarta udah banyak company nerapin kayak gitu. Yang penting produktif aja."

"Kalo mudanya hidup lo nggak teratur, di masa tua nanti lo gampang sakit. Kalo lo jadi suami gue, gue larang lo tidur lewat jam 12 malem!"

"Tiga minggu lagi gue jadi suami lo, kan?"

"Nah makanya. Lo nanti harus denger sama gue."

Nada bicara Rere galak, tapi dia meletakkan satu piring berisi makanan yang dimasaknya di depan Gio. 

"Makasih, Tunangan," Gio tersenyum.

"Jangan diterusin suka begadangnya."

"Sampe skripsi beres aja."

"Bener, ya?"

"Iya, Baby."

Rere lalu duduk di depan Gio dan mulai makan.

**********************************

Mereka berangkat ke villa Gio di Bogor seminggu setelah seminar, hari Sabtu pagi.

Gio sudah baper berat malam sebelumnya karena Rere yang mengemas barang-barang mereka, menempatkan semuanya dalam satu koper.

Semua teman-teman Gio ikut jadi panitia seminar, tahu kalau mungkin ini satu-satunya kesempatan menjadi panitia satu event dengan Gio. Bahkan Aji yang kuliah di Sastra Inggris pun ikut mendaftar jadi panitia.

Never Say NeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang