50. Buying Rings

926 109 8
                                    

Author's Note: 

OMG, happy 50 chapters buat cerita yang sekarang jadi kesayanganku T_____T

Udah dua bulan ya, kita nemenin Gio dan Rere di relationship yang ruwet ini. 

Thank you so much for supporting this story!

Tolong temenin mereka terus yaaa.

**********************************

Jadwal Gio padat merayap hari itu. 

Dari kantor Papi, dia makan siang dengan Rere. Tak seperti biasanya, Rere bahkan tak menghabiskan satu porsi makanannya. Biasanya dia makan dua porsi, tapi bekal dari Mami Gio tak habis hari itu.

"Tumben makannya dikit banget? Lo sakit?"

"Nggak. Nggak tahu, nggak seberapa laper. Ntar gue lanjutin lagi."

Setelah makan siang, Gio dan Rere kuliah satu kelas. Ada meeting tentang Seminar Digital Platform lagi setelah kuliah. 

Gio tak tahu apa yang terjadi, tapi Max terlihat sangat pucat dan tak bersemangat. Aneh. Biasanya Max yang paling semangat kalau rapat seperti ini. Bukan semangat yang menggebu, tapi biasanya dia terlihat keren sebagai pemimpin dan Ketua HIMA FE.

Rere yang Ketua Panitia juga terlihat suram, entah kenapa. Gio merasa sepertinya Rere menghindar dari Max. 

Apa mereka bertengkar, pikir Gio. 

Rere tentunya tak akan pernah bercerita pada Gio kalau Max tadi pagi baru saja menyatakan perasaannya. Bisa-bisa terjadi pertumpahan darah. 

Selesai meeting, mereka ke perpustakaan untuk kuliah online tambahan untuk mengejar pemenuhan SKS mereka. 

Saat selesai, jam sudah menunjukkan pukul lima sore. 

"Lo pengen dinner apa?"

"Apa aja boleh."

Gio mengajak Rere ke sebuah mall besar untuk makan Sushi Tei. Rere masih membawa-bawa tas bekal makanan dari Mami Gio. Dia habiskan sisa bekalnya di restoran itu, baru melanjutkan makan yang lain. 

"Re, kata Reddy kita sebaiknya bikin kontrak pra-nikah."

"Buat apa?"

"Buat Reddy tenang aja. Isinya, kalo kita sampai cerai, lo cuma bisa bawa harta gue yang gue kasih ke elo, nggak lebih dari itu."

"Oh. Ya udah bikin aja, nanti gue tanda tangan."

"Nggak apa-apa, kan?"

"Ya nggaklah. Gue sih udah dikuliahin udah syukur Alhamdulillah."

"Oke. Reddy katanya udah contact lawyernya Papi. Kalo udah kelar, lo tinggal baca terus tanda tangan."

"Ya."

Gio bermaksud mewhatsapp Helen untuk bilang Rere setuju membuat kontrak itu, tapi dia malah membaca pesan ini dari Reddy:

H: mau foto pre-wed pake studio Jeremy nggak? Lo tahu kan studio dia hasilnya bagus banget?

G: nggak. Studio mana aja boleh asal bukan yang punya Jeremy. 

Selesai menulis balasannya pada Helen, Gio melihat ke arah Rere yang sedang membaca catatannya dari kuliah sore tadi. 

"Lo udah selesai makannya?"

"Udah."

"Yuk. Ada yang perlu gue beli."

Rere ikut saja, tangannya digandeng Gio terus, dan dia tak menariknya lepas.

Dia hanya kaget saat sadar mereka sudah masuk ke sebuah toko perhiasan yang terkenal sangat mahal. 

Never Say NeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang