Presentasi Rere yang pertama di Oxford dijalankan bersama Nathan dan Chieko, dan berlangsung dengan sangat baik.
Nathan bisa menjawab semua pertanyaan dengan luar biasa. Pada suatu pertanyaan sulit yang terkait dengan sejarah ekonomi dan relevansinya dengan masa sekarang, Nathan menjawab dengan mulus, logis dan dengan alasan-alasan yang baik.
Rere sampai tersenyum dan mengacungkan jempol padanya.
Mereka bertiga mendapat pujian dari dosen, dan Nathan mentraktir mereka makan barbecue di restoran Korea setelah kuliah selesai.
"Wow. Barbecue after a presentation. I could get used to this. You could book me for your team mate to the end of our program," seru Chieko dengan bersemangat.
"Can I book you to be my team mate to the end of our program with barbecue as well?" Nathan bertanya pada Rere.
"Just barbecue won't be enough to buy me."
"What could buy you, then?"
"Emma by Jane Austen, first edition."
Rere menjawab dengan asal. Emma adalah novel kesukaannya, karangan penulis legendaris Inggris Jane Austen. Cetakan pertama dari novel-novel klasik harganya sangat mahal, karena sudah menjadi koleksi penggemar yang sangat langka. Sangat mungkin harganya mencapai ratusan juta rupiah.
"Omo, how expensive!" seru Nathan.
"I am expensive," Rere mengakui.
Dia jadi ingat Gio, dan sogokan lima belas milyarnya agar dia mau jadi istrinya. Rere jadi tersenyum, sambil memeriksa pesan whatsapp di hpnya.
Nathan sudah tahu, kalau Rere tersenyum sambil melihat hpnya, dia sedang membaca pesan dari suaminya.
Semakin lama, rasa cemburu Nathan pada Gio semakin besar.
*****************************************
Gio betul-betul menyelesaikan revisi skripsinya dalam seminggu saja. Rasanya tak ada yang bisa menghalanginya menyusul Rere akhir bulan itu.
Dia mengepak barang-barang yang penting, dan mengisi hanya satu koper besar. Sama seperti Rere. Kalau ada yang diperlukannya di Oxford, dia akan beli saja.
Helen terlihat sedih karena kembarannya akan pergi jauh. Ini pertama kalinya mereka akan beda negara dan benua dalam seumur hidup.
Malam sebelum Gio berangkat, Helen memeluk Gio erat di lorong mansion Ranggatama yang mewah.
"Oi, kita tahun baru ketemu lagi, Red. Cuma dua bulan aja pisahnya."
"Lo pisah sama Rere sebulan aja merana. Masa gue nggak boleh sedih lo tinggal dua bulan?"
"Nggak ada yang bilang lo nggak boleh sedih."
"Sehat-sehat ya Blue, di sana."
"Iya."
"Nggak usah kecapekan ngurusin Ranggatama Cuisines sama food carts. Inget, lo tugasnya cuma monitor, bukan ngurusin semuanya."
Sebetulnya Papi sudah ingin memberi Gio jabatan Regional Director Ranggatama Europe, tapi Gio menolak, dengan alasan merasa belum cukup pengalaman.
Gio tahu, ada banyak eksekutif perusahaan yang antre jabatan itu. Mereka semua punya background berkualitas dari pendidikan kuliner, hotel and tourism, atau ekonomi, dengan pengalaman setidaknya 20 tahun.
"Kamu berangkat ke sana emang buat kerja di sana, kan? Masa kamu nggak punya jabatan?"
"Ya jangan jadi regional director lah, Pi. Papi bikin aja jabatan baru yang nggak mengganggu hirarki yang udah ada."

KAMU SEDANG MEMBACA
Never Say Never
RomanceRebecca adalah mahasiswi paling cerdas di kampus. Pemenang berbagai penghargaan, ketua angkatan, dan dijuluki kampus queen. Populer, cantik dan smart. Pacarnya ganteng, sahabatnya juga keren. Tapi dunianya runtuh ketika dia tahu pacarnya selingkuh...