60. A Day in Medan

985 90 9
                                    

Tim Pecinta Sejarah dan Seni Ranggatama ingin ke Istana Maimun. Tim ini adalah Papi, Oma dan Helen. Jadilah setelah makan siang dan berganti baju, Gio, Rere, keluarga mereka dan teman-teman mereka, juga Dharma dan orangtuanya yang merupakan sekretaris Papi, ramai-ramai berangkat ke Istana Maimun. 

Istana Maimun dibangun sekitar akhir 1800-an oleh Sultan Makmun dari Kesultanan Deli. Medan saat itu masih berupa Kesultanan. Dekorasi istana ini identik dengan warna kuning, putih dan hijau, dengan arsitektur campuran dari budaya Persia dan Melayu. Arsiteknya sendiri adalah orang Italia. 

Mereka semua mendengarkan penjelasan guide tentang istana tersebut. Maimun sendiri berarti "berkah" dan terinspirasi dari nama istri Sultan Makmun, Siti Maimunah. 

Mendengar itu, Hendra, yang tak bisa menahan diri, langsung nyeletuk, "Wah, gue takut abis gini Gio bikin mansion terus dinamain Mansion Rebecca."

Mereka semua sontak tertawa.

"Mau mansion pake nama lo nggak, Re?"

"Kalo mansion nggak pengen, kalo universitas pake nama gue, boleh."

"Waduh, alamat Chrysanthemum Uni ganti nama kalo gini caranya."

Setelah rombongan itu maju ke depan mengikuti guide, Rere yang masih terpaku memandangi singgasana sultan digandeng oleh Gio.

"Kita emang butuh rumah kan nanti, di Jakarta, kalo pulang dari UK."

"Lo kan udah ada rumah?" Rere mengingatkan. Ya, Gio dan Helen memang punya rumah di Jakarta masing-masing satu, yang diberikan papi sebagai tabungan mereka. 

"Iya, tapi desainnya kan bukan pilihan lo."

"........daripada desainnya, gue lebih mikirin, apa kita bisa hidup bareng dengan baik di rumah itu."

"Pasti bisa, kalo diniatin. Bahagia atau nggak itu kan pilihan, Re."

"Kita belajar dari couple yang bener dulu, ya. Jangan buru-buru jadi orangtua."

"Kan kata lo kelar lo PhD?"

"Iya. Lima tahun lagi, semoga. Semoga gue siap jadi ibu."

"Kan ditemenin, Re. Nggak sendiri. Ada gue."

Rere menghembuskan napas dan mengangguk. 

"Ayo, kita nyusul yang lain. Ntar papi curiga kita ngapa-ngapain di sini."

Rere tersenyum, menurut diajak pergi. 

**********************************

Di Istana Maimun ada penyewaan baju adat Kesultanan Deli, yang desainnya ala Melayu. Pengunjung bisa menjadi keluarga kesultanan sejenak dan berfoto. 

Tadinya Helen tak mengira teman-teman Gio dan Rere akan tertarik. Kalau dia sih, sudah pasti tertarik. Namun ternyata semua antusias ikut mencoba pakaian ala Sultan dan Permaisuri Deli dan berfoto bersama. 

Mereka berfoto di depan singgasana sultan. Selain itu, mereka juga bisa berfoto di spot lain di istana itu. 

Teman-teman Gio kaya-raya semua. Sudah pernah berkunjung bahkan ke istana Eropa yang paling indah. Tapi momen kebersamaan seperti itu sangat jarang terjadi. 

Bahkan Gio kaget mereka mau ikut keluarganya wisata historikal. 

"Lah, kenapa nggak? Jarang-jarang tahu, kita semua bisa kumpul dan jalan-jalan kayak gini. Kalo cuma mall sih di Jakarta udah banyak. Ke museum di Medan gini kan nggak tahu kapan lagi. Gue sih yes," kata Chandra selesai acara lamaran tadi. 

Kostum ala permaisuri Kesultanan Deli tentunya dengan hijab berbordir yang indah. 

Istimewa juga melihat Oma, Mami, Helen dan Rere berhijab mewah. Cantik dan cocok juga, ternyata. 

Never Say NeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang