84. Early Married Life

1K 97 15
                                    

Tentu saja, di kampus, Rere terlihat sangat mengantuk. Terlalu banyak exercise dengan Gio membuatnya terlihat sedikit pucat, biarpun senyumnya pada Chieko dan Nathan tetap cerah. 

Nathan terlihat muram hari itu. Mereka ada tiga kelas, dan seharian laki-laki itu tak banyak bicara serta menjawab obrolan dengan Rere dengan jawaban pendek-pendek. 

Beberapa kali juga hari itu, Rere memeriksa whatsappnya, dan tersenyum saat membalas pesan Gio. 

Pasti suaminya lagi, pikir Nathan. 

Selesai kuliah, Nathan tiba-tiba menyodorkan sebuah amplop pada Rere. 

"What's this?" tanya Rere kaget, membuka amplop itu.

Di dalam, ada dua tiket pertunjukan musical - pertujukan teater dengan nyanyian sebagai ganti dialog-- Pride and Prejudice. Jane Austen adalah pengarang novel favorit Rere, dan Pride and Prejudice adalah novelnya yang paling terkenal. 

"Would you watch that show with me? This Saturday?"

Rere melihat Nathan dengan bingung. 

"Nathan, I can't possibly watch a musical with you alone. That's too weird."

"Why is it weird? You like the novel."

"I do, but I'm married. I can't go to a musical with you."

"Why not, we're friends."

"My husband wouldn't let me."

"Then don't listen to him." 

Rere masih menanggapi semuanya dengan tenang, hanya agak bingung saja. Dia hanya berpikir Nathan tak punya orang lain untuk diajak. 

"You know what, go with Chieko. I'm pretty sure she can arrange her part time job schedule."

"I want to go with you, Rebecca."

"It's Saturday night, Nathan. It's family time. I can't leave my husband on a Saturday night."

"When can you leave him, then? I'll change the tickets' date."

Kening Rere berkerut. Percakapan ini rasanya sudah bukan tentang sekedar menonton pertunjukan musikal. 

"If it's that important for you, I'll ask my husband to go with us. You can get a date and we can have a double date."

"............forget it. I'll ask another girl."

"Why didn't you do that in the first place???"

Nathan lalu berbalik dan pergi, meninggalkan Rere dan Chieko di depan Saiid Building. 

"What the hell is wrong with him???" Rere bertanya pada Chieko. 

Chieko yang tahu pasti Nathan kenapa, tak berminat menjelaskannya pada Rere. Dia merasa lebih baik Rere mengira Nathan hanya menganggapnya teman biasa. 

"Probably just PMS-ing," jawab Chieko dengan bercanda. 

"Looks so much like it," gerutu Rere.

Dia melihat mobil Gio muncul. 

"You want us to drop you at the cafe?"

"Would that be ok?"

"Sure."

Gio sudah punya SIM internasional sejak awal kuliah, karena Helen harus check-up ke London dua kali setahun.

"Hai, Gi."

Tanpa menjawab, Gio mencium pipi Rere. 

"Kita anterin Chieko ke cafe dulu, ya."

"Hello, Gio," sapa Chieko.

Never Say NeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang