56. Their Grandmother

919 82 4
                                    

Oma Anyelir, Omanya Gio dan Helen, datang dari kediamannya di Paris untuk menghadiri lamaran dan pernikahan Gio. 

Mami langsung mengadakan makan-makan sekeluarga, memanggil Gio dan Helen pulang, yang sempat tinggal di apartemen lagi beberapa hari. 

Setelah makan malam, Oma memanggil Gio ke ruang duduknya. 

Sambil minum teh, Oma bertanya tentang hal yang paling membuatnya penasaran. 

"Jadi, bagaimana ceritanya, cucu Oma yang biasanya playboy parah, tiba-tiba memutuskan mau melamar seorang gadis lalu menikah muda?"

Gio tersenyum di balik cangkir tehnya. 

Teh Twinings varian Earl Grey dengan madu dan irisan lemon. Rasanya saja sudah membuat Gio teringat dengan masa kecilnya. 

"Mami cerita apa? Kan Oma tiap hari telponan sama Mami. Pasti adalah bahas aku sama Rere."

Oma memang tak suka whatsapp. Menurut dia mengetik pesan itu terlalu menyebalkan. Dia lebih suka berbicara di telepon. 

"Tentu, tapi cerita Mami dan kamu kan pasti beda. Ayo cerita sama Oma. Bagaimana kamu dan dia bisa bersama."

Oma adalah seorang penulis skenario ketika muda. Wanita berusia tujuh puluhan yang masih cantik itu memandang Gio dengan mata yang cerdas. 

Oma lebih berpandangan terbuka dari mami, karena selalu bergaul dengan orang-orang dari dunia seni. 

Gio sering merasa, lebih mudah bicara dengan Oma daripada dengan mami. 

"Awal aku dan Rere deket itu nggak biasa."

"Oma sudah tahu dia pasti tidak biasa. Kalau tidak, kamu tidak mungkin mau sama dia. Tapi kan Oma tidak tahu detailnya. Cepat cerita. Jangan buat Oma tidak bisa tidur. Kamu tahu, Oma paling benci cliffhanger."

"Dia..... Cewek yang paling nggak tertarik sama aku di kampus," Gio bercerita sambil tersenyum.

Sang Oma langsung mengangguk-angguk paham.

"Ah, I see. Rupanya karena itu."

"Dia itu juara angkatan. IP-nya paling tinggi di kampus. Terus-terusan lagi, tiga tahun nggak pernah turun. Sering menang lomba juga."

"Dulu dia punya pacar. Aku kira dia bakal nikah sama cowok itu, tapi ternyata mantannya selingkuh."

"Kita sering sekelas dan sekelompok buat tugas. Tapi ya gitu, dia kayak nggak pernah sadar ada aku."

"Memang," Oma memotong, "Tak memedulikan laki-laki itu sering kali jadi strategi paling sukses untuk menggaet laki-laki itu."

"Tapi dia bukannya pura-pura cuek, Oma. Dia beneran nggak peduli sama aku. Sampai akhirnya, suatu hari dia butuh bantuan aku, dan dia cari aku."

"Dan kamu nggak melepaskan dia sejak itu?"

"Jelas, haha."

Sang Oma berpikir sejenak.

"Mami kamu dulu belajar cinta sama papi kamu setelah nikah. Dulu kan Oma sakit kanker. Jadi Hardian dulu menikah hanya untuk menyenangkan Oma."

"Iya, baru-baru ini papi cerita."

"Apa Rebecca mencintaimu?"

Gio diam. Dia tak bisa bohong.

"I see. Hem......Kita sama-sama tahu kalau istrimu bukan hanya akan jadi istri biasa. Kamu butuh istri yang cerdas, yang bisa memimpin perusahaan dan organisasi sosial. Seseorang yang bisa memberi nilai tambah untuk nama keluarga kita. Dan sepertinya, untuk sisi itu, Rebecca orang yang tepat. At least, dari yang Oma dengar dari papi kamu."

Never Say NeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang