18. His Father's Joy

1.7K 156 20
                                    

Baru sekali itu, Gio menginap satu weekend dengan Rere tanpa seks. Bahkan kissing pun tidak, karena dia masih sakit, dan Rere masih agak marah dengannya. 

Tapi anehnya, dia merasa senang dan tenang. 

Karena bingung melakukan apa tanpa semua buku catatan dan bukunya yang lain, Rere akhirnya belanja ke supermarket dan masak.

Gio ngotot tak mau ditinggal dan ikut ke supermarket. 

Pulangnya dia merasa pusing lagi, tapi tak apa, senang juga menemani Rere belanja bahan masakan. Rasanya seperti pengantin baru.

Rere masak sup dan ayam goreng. Helen diajak ikut lunch juga, dan memuji masakannya enak.

Sebetulnya, andai ini di mansion orangtua mereka, Gio mungkin hanya akan makan ayamnya dengan nasi. Sejak kecil dia tak suka sayur. 

Seperti mukjizat, kini Gio mau makan sup sayur sampai habis, licin tandas.

Lebih heran lagi, ketika Gio mau makan semangka yang dipotongkan Rere.

Helen pun semakin paham, kembarannya ini sudah benar-benar target locked and game over. 

Dia harus end game sama Rere. Sudah tak mungkin ke lain hati lagi ini kembarannya, pikir Helen.

Helen membantu Rere cuci piring, dan Rere melap piringnya. 

Gio merekam semua ini dan memasukkannya ke instagram storynya. 

Jeremy berkomentar: anjir. Calon bini sama adek. Akur ya Brooo.

*********************************

Setelah makan siang, Rere ditelepon Mamanya di Medan. 

Dia mengangkatnya di kamar tamu.

"Gila ya Rere ini," komentar Helen. "Udah smart, baik, cantik, pinter masak lagi. Lo kalo ngelepas dia nggak dapet lagi sih yang kayak gini."

"Nggak bakal gue lepas."

"Lo sakit gini karena berantem sama dia, ya, Blue? Sok mau bikin cemburu. Childish banget."

Gio tak membantah. Dia juga tahu dia childish.

"Berantem kenapa sih?"

"Gue cemburu, soalnya dia sama Max kelihatan deket banget."

"Oh, Max. Yang juara debat beregu bareng Rere?"

"Iya, temen gue juga."

"Gue kalo jadi Rere pilih Max sih."

"Anjir, lo kembaran gue apa bukan sih???"

"Gue tahu lo sebrengsek apa. Makanya tobat."

"I've never touched anyone else in almost two months."

"Baru juga dua bulan."

"Pas gue nyoba mau main sama cewek lain, gue muntah-muntah. Asli muntah-muntah."

Helen kaget, lalu menertawai Gio. 

"Gila, beneran tamat sih udah idup player lo, Blue."

"Kayaknya sih gitu."

"Kok kayaknya???"

"Gue serius. Lo pasti tahu kalo gue jujur."

Helen memang tahu. Mereka kembar yang sudah hidup bersama sejak di perut Mami mereka.

Helen sejak dulu tahu kalau Gio berbohong.

"Ya lo rapihin deh hidup lo."

"Iya, gue mau ngajuin skripsi."

Never Say NeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang