Alarm mereka berbunyi jam 4 sore. Keduanya sama-sama tertidur karena lelah, sudah bangun sejak sangat pagi.
Gio terbangun dengan Rere yang masih tertidur lelap di pelukannya, tak mendengar alarm hpnya sama sekali.
"Untung juga kamu ditemenin bobonya, kalo nggak beneran bridenya telat didandanin ini," Gio bicara sendiri di ranjang.
Bel pintu pun sudah berbunyi.
Gio mengambil hpnya dan membaca pesan dari Helen:
H: Blue, MUAnya Rere udah pada di depan kamarnya, tapi nggak dibukain pintu.
G: ya, bentar, dia tidur, capek banget katanya, kebangun dari jam tiga pagi tadi.
H: oh, oke. Bangunin ya tolong
"Re, bangun, kamu udah harus dandan."
Rere tetap tak bergerak.
Gio duduk lalu menepuk-nepuk bahu Rere.
Rere terbangun.
"Re, MUA-nya udah dateng. Kamu udah harus dandan."
"Dandan?" tanya Rere dengan suara serak karena kantuk. "Mau ke mana?"
Gio tertawa.
"Secapek itukah? Resepsi, Sayanggggg. Ini wedding day kita."
Rere mengucek-ngucek matanya sejenak.
"Oh, iya, ya. Jam berapa ini?"
"Jam empat sore."
"Hm."
Suara bel dan ketukan pintu terdengar lagi.
"Paling juga mereka mikir kita lagi main, hahah."
"Ya udah biarin aja, udah sah ini," jawab Rere, masih belum bangun dari ranjang.
"Aku bukain ya pintunya?"
"Oke."
Gio berjalan ke pintu suite lalu membukakan pintu.
"Selamat sore, Kak Gio. Ini waktunya Kak Rere didandanin."
"Oke. Rerenya baru banget bangun tidur. Masih ngantuk dia."
Empat orang itu berpandangan. Oh, ternyata bukan sedang melakukan "itu."
Wajah Gio yang terlihat baru bangun tidur juga menjelaskan apa yang baru mereka lakukan.
Saat mereka masuk ke kamar yang luas itu, mereka bertemu Rere yang masih duduk sambil mengantuk di ranjang.
"Hai, Kak Rere. Udah siap makeup?"
"Hai. Bentar ya, aku minum dulu."
"Re, aku nunggu di kamar seberang, ya. Kalo perlu apa-apa telpon aja."
"Ya, oke."
Selesai minum, Rere duduk di depan cermin rias, dan wajahnya mulai dibersihkan oleh MUA-nya.
**********************************
Papi mengajak Gio berfoto keluarga dulu sambil menunggu acara dimulai. Ketika Gio sampai di ruang resepsi, dia terkagum-kagum dengan dekorasinya yang mewah dan berkelas. Pilihan Helen memang tak pernah salah.
Pelaminannya terdiri dari kursi-kursi mewah yang terlihat elegan, dihiasi banyak mawar putih, pink dan peach.
Mami, Oma dan Helen sama-sama memakai gaun berwarna krem. Papi memakai jas hitam. Mereka terlihat luar biasa.
"Gantengnya anak mami," Mami memuji.
"Mami juga cantik," jawab Gio.
"Ah, siapa sangka, Gio sekarang sudah jadi suami orang," komentar Oma.
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Say Never
RomanceRebecca adalah mahasiswi paling cerdas di kampus. Pemenang berbagai penghargaan, ketua angkatan, dan dijuluki kampus queen. Populer, cantik dan smart. Pacarnya ganteng, sahabatnya juga keren. Tapi dunianya runtuh ketika dia tahu pacarnya selingkuh...