41. The One Who Understands

1K 111 13
                                    

Setelah makan siang, Rere dan Gio menghadiri rapat Seminar Penggalakan Bisnis Lewat Platform Digital, di mana Rere adalah Ketua Panitianya, dan Gio adalah wakilnya. 

Kalau bukan karena Rere, Gio mungkin tak akan punya pengalaman jadi bagian kepanitiaan kampus sama sekali. Dia bergabung hanya karena cemburu, tak ingin membiarkan Rere dan Maxwell berdua saja. 

Gio yakin seminar itu akan berjalan dengan lancar. Semuanya sudah siap. Semua panitia sudah menjalankan tugasnya dengan baik. Yang harus dilakukan hanya memantau semua persiapan sebelum hari H.

Anehnya, dia merasa Maxwell melirik ke Rere lebih sering dari biasanya. Dia juga terlihat kurang fokus. Saat berbicara, dia berkali-kali salah, seperti orang yang kurang tidur atau banyak pikiran. 

Gio berusaha untuk tidak marah. Sabar, sabar. Mungkin Maxwell memang sedang banyak pikiran saja. 

**********************************

Sehari sebelumnya, Helen mewhatsapp Jeremy:

H: gue diterima drama tournya Oxford.
J: apa itu?
H: tour ke beberapa kota di UK, dan manggung di teater tiap kota. Bergengsi banget lho itu.
J: jangan bercanda, Helen.
H: beneran! *mengirimkan screenshot email dari Oxford Department of Theater*
J: pasti nggak dibolehin kan sama keluarga lo?
H: iyalah. Mami-papi bilang mau ikut. Gio hampir disuruh jadi acting CEO. Tapi dia nggak mau, soalnya dia mau nyiapin nikahan sama Rere dan ngelarin skripsinya.
J: hah? Gio mau nikah?
H: iya. Rere mulai kuliah di Oxford bulan Oktober. Sebelum berangkat mereka bakal nikah dulu.
J: lo nggak jadi drama tour kan?
H: nggak jadi. Tapi gue mau S2 di UK juga. Syukur-syukur kalo bisa di Oxford. Mereka bakal agak lama di sana, jadi ada yang nemenin gue.

Jeremy mengernyit membaca pesan Helen. Mau berapa lama Helen di UK? Setahun? Selesai kuliah dia harus langsung bekerja di perusahaan ayahnya. Dia tak bisa mengikuti Helen ke UK. 

Sedangkan Helen juga memandang pesan dengan Jeremy dengan kecewa. 

Jeremy tak mengerti betapa kecewanya dia karena harus melepas drama tour itu. Dia bahkan langsung setuju dengan keluarganya yang sangat menolak Helen bergabung dengan kegiatan itu. 

Helen kemudian teringat Aji dan langsung mewhatsappnya. 

Pertama-tama, dia mengirimkan screenshot email dari Oxford Drama Department yang menyatakan dia diterima di tour itu. 

Aji langsung membalas dengan heboh: 

A: Kak??? Demi apa??? Lo diterima di Drama Tournya Oxford? Gila, itu keren banget kan??? Banyak British actors terkenal jebolan situ! Selamat Kak! You're so cool! Panutan!

H: Hehe. Makasih, Ji. Emang cuma lo yang paling paham kalo bisa keterima di situ itu amazing.

A: parah sih Kak. Kayaknya dari Chrysanthemum Uni baru lo doang sih. 

H: Tapi ada kabar buruk, Ji.

A:  Hah? Kabar buruk apa, Kak?

H: Keluarga gue nggak setuju gue ikutan, mereka khawatir sama kesehatan gue.

A: Maksudnya gimana Kak? Jadi Kakak mundur?

H: Iya.

A: waduh Kak, sayang banget ya......

H: gue udah nangis-nangis tadi.

A: Kak......

H: Tapi mereka bener sih. Gue yang kelewatan. Itu emang tur ke sepuluh kota di UK dan padat banget jadwalnya. Wajar kalo mereka khawatir dan ngelarang. 

A: Kalo gue mungkin udah ngamuk terus minggat, Kak. Eh, bukan berarti gue nyaranin kakak minggat, ya. 

H: gue yang nggak tega minggat. Mereka semua sayang banget sama gue. Lagian, Bluey udah ngasih saran yang bagus.

Never Say NeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang