79. LDR Begins

721 87 23
                                    

Author's Note: 

Mengandung sedikit bawang dan sesuatu yang bikin emosi. Yang sabar yaaa.

**********************************

Rere kebingungan menghadapi kesedihan Gio sebelum dia berangkat ke Oxford. Dia sudah berkali-kali bilang, sebulan itu tak lama. Dia sudah berjanji untuk VC setiap hari dan sering membalas whatsapp Gio. 

Tiga hari sebelum Rere berangkat, Gio hanya sedikit bicara. Terlihat lesu, seolah sedang sakit flu berat. 

Rere sudah selesai packing. Dia membawa dua koper, satu sangat besar, satu lagi untuk di cabin. Sebetulnya dia hanya membawa sedikit barang untuk orang yang niat tinggal di UK lima tahun. 

Rere merasa kalau ada yang diperlukannya di sana, dia bisa beli saja kelak.

Sehari sebelum Rere berangkat, orangtuanya datang dari Medan. Mereka semua lalu menginap bersama di Ranggatama Mansion.

Saat makan malam bersama, Pak Sofyan, ayah Rere, sampai berkomentar, "Nak Gio terlihat sedih sekali. Yang sabar ya, sebulan itu sebentar."

Gio hanya bisa tersenyum masam, lalu mengangguk.

**********************************

Malam itu, mereka tidur di kamar tidur Gio sejak dia kecil.

Rere sudah mengira Gio akan minta bercinta, tapi tidak, Gio hanya memeluknya tanpa suara.

"Gi."

"Hm."

"Kita cuma pisah sebulan, lho, ini, bukan selamanya."

"Tahu."

"Jangan sesedih inilah."

"Nggak bisa."

"Aku harus gimana, biar kamu nggak sedih kayak gini?"

"Nggak usah pergi."

"Nggak bisa....."

"Ya udah, biarin aja. I gotta go through this. There's no way to avoid it."

".........mau main, nggak?"

"Nggak."

"Wah, parah banget kamu. Bakal puasa sebulan, lho. Ambil jatah kamu, mumpung aku masih di sini."

"........lagi nggak pengen."

Rere betul-betul bingung. Dia tak suka melihat Gio yang terlihat pucat seperti ini, tak ingin melakukan apapun. Bahkan seks pun tak ingin. Seperti bukan Gio. 

"Mau tetep kukasih, nggak?"

"..........aku nikah sama kamu bukan karena seks aja, Re. Aku beneran butuh hidup sama kamu."

"Aku tahu. Tapi aku mau kasih, karena aku nggak mau kamu sedih terus."

".............kita night drive aja, yuk."

**********************************

Jam sebelas malam, Gio dan Rere driving di sekitar Pondok Indah.

Entah kenapa, semalam itu masih ada lampu merah, dan mereka berhenti di situ.

Jujur saja, mata Gio rasanya sudah perih. Dia sudah ingin menangis. 

Buru-buru dia mengeringkan matanya dengan tangan. 

"Gio???"

Di kesempatan pertama, Gio memarkir mobilnya di pinggir jalan. 

"Gi.....please, don't be this sad......Aku tunggu kamu di Oxford, ya? Kita bareng lagi kok, sebulan lagi, Gi. Sabar sebulan aja, ya?"

Never Say NeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang