5. Their First Time

5K 197 5
                                    

Author's Note: 

Guys, ini censored version yaaa.

Uncensored or full versionnya ada di KaryaKarsa, nanti linknya kumasukin di komentar.

Walaupun disensor, chapter ini tetap spicy 🔞🔥 ya. Kalo under 18 mendingan diskip aja deh.

Actually this whole story nggak cocok sama under 18 yaaa.

Kalau chapter ini terasa terpotong-potong, itu karena emang kusensor ya. 

Harap maklum. 

Censored version sekitar 1,700 kata, yang uncensored sekitar 3,100 kata ya.

And I don't play games. Kalo aku bilang uncensorednya sangat eksplisit, itu beneran seperti itu, bukan sekedar sedikit aja. 

Jadi kalau kalian berpikir mau beli yang di KK, pastikan kalian udah siap bacanya, fisik dan mental. 

Kalo ragu mendingan nggak usah aja, oke?

**********************************

Gio menggendong Rere ke kamarnya, lalu meletakkannya di ranjang.

Bibirnya kembali mencari bibir Rere, melumatnya dengan lapar.

Gadis itu gemetaran, tapi anehnya, bukannya jadi tak minat, Gio malah semakin bernafsu.

Dia membelai gadis itu, tangannya, pahanya, lalu sisi tubuhnya, berharap Rere bisa sedikit lebih tenang.

"So tasty...." dia berbisik ketika berhenti menciumi bibir Rere yang menurutnya sangat sexy itu.

Rere malu. Wajahnya merah.

Sumpah, Gio ingin menggigit hidungnya, tapi dia menahan diri.

Berlanjut ke menyebar ciuman di wajah Rere, lalu ke lehernya.

Rere tersentak ketika Gio menjilat kerongkongannya, lalu semakin gemetaran.

Napas Gio sudah memburu.

**********************************

Shit, rasanya beneran kayak unboxing hadiah mahal, batin Gio. 

Mimpi apa gue, bisa tidur sama Rebecca Angel kayak gini?

Thank you Stephen, udah mutusin Rere, sampai akhirnya Rere nyari gue.

Shit, shit, shit, tubuhnya Rere indah banget, mau gue makan rasanya.

**********************************

"Lo seksi banget, Re. I'm going crazy."

"Gue malu."

"Jangan malu. Lo cantik banget, anjir."

Rere yang nyaris gila karena jantungan hanya bisa mendebat sambil berbisik. Coba kalau dia sedang biasa saja, pasti mereka berdebat lebih keras. 

Gemas, Gio melahap bibirnya, mengulum, menghisap lidah Rere, lalu menenggak salivanya. 

Dia flawless. Sexy, cantik, dan menggoda sekali. 

Goblok banget si Stephen itu. 

Tapi my luck juga, pikirnya.

"Kenapa--" Gio berhenti untuk bernapas, "Lo bisa masih perawan? Cewek seseksi ini kenapa bisa masih perawan? Apa aja kerjaan lo sama mantan lo?"

"Dia mau. Gue yang bilang mau nunggu."

"I see. Makanya dia jajan sama yang lain, ya."

Hanya sedetik lewat, tapi mata Rere sudah basah oleh air mata.

Never Say NeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang