48. His Confession

1K 95 8
                                    

Aneh sekali, Maxwell mengajak berbicara di kelas yang kosong, seolah yang akan mereka bicarakan adalah rahasia besar.

"Ini ada apa, sih, Max? Seminar kita ada masalah?"

"Nggak. Soal seminar semua baik-baik aja."

"Jadi kenapa kita harus ngomong rahasia-rahasiaan gini?"

Max diam. Rere heran, karena Max terlihat galau. Max, yang setahu Rere selalu tenang, apapun yang terjadi. Tapi pagi itu, dia terlihat sangat galau, seolah sedang memiliki masalah besar.

"Re..... Lo beneran, bulan depan mau nikah sama Gio? Dan minggu depan lamaran?"

Dari semua hal yang dia bayangkan, pertanyaan itu adalah yang terakhir dalam pikiran Rere. Bahkan dia sudah mengira Max mau pinjam uang.

Kening Rere mengernyit, "Hah? Iya, Max. Soal itu udah fix."

"Kenapa cepet banget, Re?"

"Bukannya gue udah cerita, ya? Oktober gue mau mulai master gue, dan Gio mungkin baru bisa ke UK November. Dia nggak mau gue pergi sebelum kita nikah."

"Lo sendiri...... Mau nikah sama dia? Lo....... Sayang? Cinta sama Gio?"

Sebentar, sebentar. Ini ada apa, sih?

"Lo kenapa nanya kayak gini sih, Max? Aneh banget."

"Re, kalo gue bilang gue sayang sama lo, apa gue bisa cancel rencana lo?"

Rere langsung duduk di kursi terdekat. Pasalnya, kakinya serasa hilang tenaga. Dia merasa lemas.

Sejenak Rere diam, tak sanggup berkata-kata.

"Gue emang bego, Re. Gue baru sadar sekarang. Dan confess ke lo sekarang itu salah banget, gue tahu. Tapi gue butuh ngomong ke lo. Gue butuh lo untuk tahu."

Rasanya Rere langsung tak enak badan. 

Sudah berjanji menikah dengan orang lain, tapi mendapat pernyataan cinta dari laki-laki yang berbeda. 

Dulu, dulu sekali, saat dia masih mahasiswa baru, dia memang suka pada Maxwell. Tapi Stephen kemudian mengajaknya berpacaran, dan Rere perlahan menghapus rasa sukanya, dan beralih menganggap Max hanya sebagai teman. 

"Kenapa sekarang, Max? Kenapa lo baru bilang sekarang?"

"Karena gue juga baru sadar, Re. Gue baru tahu gue suka banget sama lo, ketika gue denger lo mau nikah sama Gio bulan depan."

Sejenak Rere berpikir, apa jadinya hidupnya andai dia jadi pacar Max, atau mungkin menikah dengannya. Mungkin mereka akan selalu akur, dan bahagia sekali bersama. 

Rasanya Rere ingin menangis memikirkannya. Kenapa? Karena bersama Max pasti lebih mudah daripada bersama Gio. 

Dia dan Max sependapat untuk banyak hal. Mereka sungguh cocok dan kompak. Andai mereka menikah, pasti pernikahan mereka harmonis sekali. 

Masalahnya, dia sudah berjanji jadi istri Gio. 

Ada Gio, yang sudah memberinya 15 milyar untuk kuliah. 

Dan dia sudah memberikan keperawanannya untuk Gio. Memang sepertinya yang ada adalah transaksi antara dia dan Gio. 

15 milyar untuk kuliah S2 dan S3 di Oxford. Tubuhnya untuk jaminan finansial semua mimpi-mimpinya. 

Gue dan Gio sama sekali nggak ada romantis-romantisnya, pikir Rere getir. Tapi janji adalah janji, dan Rere tak bisa bersama Max. Itu fakta yang tak bisa ditawar. 

"Maaf, Max. Gue nggak bisa. Gue udah janji mau jadi istrinya Gio."

Mata Maxwell langsung berkaca-kaca, namun bukannya dia tak menduga apa yang akan jadi jawaban Rere. 

Never Say NeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang