Author's Note:
Chapter yang memancing emosi. Aku aja nangis nulis satu scene. Bukan nangis marah, nangis terharu.
Karena aku hobi bikin orang mood swing, kayak merasa keren aja gitu.
You've been warned ya.
*******************************
Pulang dari villa Gio weekend itu, panitia yang bukan circle Gio ikut menjauhi Maxwell. Jangan tanya circle Gio bagaimana. Mereka benar-benar sudah jadi benci pada Max.
Rere merasa mungkin Max yang membuatnya murka di villa memberi dampak positif. Dia jadi merasa Max tidak worth it untuk ditangisi dan disesali. Tadinya dia sedikit menyesal tak bisa memilih Max. Setelah weekend itu, dia semakin yakin untuk maju jadi istri Gio.
Gio masih kesal setiap melihat Max. Tapi Helen sudah mengingatkan untuk tak melakukan apapun yang bisa merusak hidup laki-laki itu, karena dia sebentar lagi akan menikah.
Sebetulnya Gio juga tahu Max dijauhi oleh banyak orang. Mungkin itu hukuman yang cukup untuknya, yang tadinya salah satu cowok paling populer di kampus itu.
Minggu itu berlalu dengan cepat karena Gio dan Rere sangat sibuk.
Weekendnya mereka ke Medan untuk fitting baju pernikahan. Untuk siang hari mereka akan memakai pakaian adat Sumatra Utara sesuai request orangtua Rere.
Rere mencoba mahkota adatnya yang berat dan meringis saat merasakan benda itu di kepalanya.
"Berat banget, ya?" tanya Gio.
"Iya. Wah, moga-moga gue kuat ya pake ini for a few hours."
"Haruslah. Pura-pura aja udah biasa pake."
"Hem, iya, ntar gue kerahin bakat acting gue."
Gio tersenyum.
Di situ ada Helen dan Dharma juga yang menemani mereka fitting.
Untuk resepsi pernikahan di malam hari Rere akan mengenakan wedding dress. Gio tak mengatur apapun untuk pernikahan mereka, kecuali wedding dress Rere. Dia yang memilih dressnya, dan pilihannya adalah white wedding dress ala old money dengan lengan panjang dan renda.
Rere mencobanya lalu memandang dirinya sendiri di kamar ganti.
Dia terlihat berbeda. Apa karena gaunnya yang sangat mahal, dia jadi terlihat mahal juga? Seolah dia bukan orang biasa yang ayahnya punya sebuah toko serba ada. Dia jadi terlihat seperti lahir kaya raya, dan keluarganya sudah kaya raya tujuh turunan.
Selera Gio memang bagus. Gaunnya mirip seperti gaun pengantin keluarga kerajaan Eropa. Dia tetap terlihat sexy, tapi sexynya berbeda, sexynya sangat berkelas.
Namun dia jadi merasa malu menunjukkan dirinya pada Gio.
Dia lalu mewhatsapp Gio.
R: Gi, gue nggak usah keluar pake ini ya?
G: kenapa? Lo gak suka gaunnya?
R: suka. Bagus, sih. Cuma gue nggak pede pakenya.
G: sini keluar dulu. Gue mau lihat.
R: gue malu
G: gue udah lihat lo naked. Apa lagi yang dimaluin sama gue?
R: gak berani
G: gak berani kenapa? Jelasin. Gue gak ngerti.
R: kayaknya gue gak pantes pakenya
Dressing roomnya ada di sebuah kamar besar yang terkunci.
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Say Never
RomanceRebecca adalah mahasiswi paling cerdas di kampus. Pemenang berbagai penghargaan, ketua angkatan, dan dijuluki kampus queen. Populer, cantik dan smart. Pacarnya ganteng, sahabatnya juga keren. Tapi dunianya runtuh ketika dia tahu pacarnya selingkuh...