78. Interlude

842 88 6
                                    

Gio dan Rere mengantar Papi ke bandara untuk kembali ke Jakarta dua hari kemudian. Sehari sebelumnya, Papi dan Pak Yahya sudah membuat kesepakatan. Pak Yahya setuju untuk mengajarkan cara memasak gudeg sesuai dengan resep asli turun-temurun yang dimiliki keluarganya. 

Sebagai bayarannya, anak perempuan Pak Yahya akan disekolahkan di Akademi Kuliner di London. 

Papi juga akan memberi modal pada Pak Yahya, agar dia bisa membuka restoran Apik Roso, bukan sekedar tenda kaki lima. Papi juga berencana membuka restoran Apik Roso di banyak kota di Indonesia.

Setelah melihat food carts Ranggatama yang tersebar di berbagai kota di UK, Pak Yahya juga ingin ada food carts khusus gudeg. Papi setuju untuk memulai dengan 5 food carts Apik Roso di London. 

Ranggatama Corporation berawal dari bisnis kecil. Toko pakaian impor dan restoran masakan Indonesia di pasar Cikini, Jakarta. Seiring berjalannya waktu, restoran Ranggatama semakin terkenal. 

Setiap restoran punya menu andalan, dan gudeg adalah salah satu menu andalan Ranggatama, tak hanya di semua hotel dan restoran mereka di Indonesia, tapi juga di UK, France, Italy dan Roma. 

Ketika menu signature mereka ternyata kalah rasanya dari sebuah kios makanan tenda, tentu Papi dan Gio merasa harus membeli saingan mereka ini. 

Namun cara mereka melakukannya yang beda dengan konglomerat lain. Mereka tidak menghancurkan Pak Yahya. Sebetulnya itu hal mudah, kalau mereka mau. Tapi mereka memilih untuk merangkul Pak Yahya dan bekerja sama dengannya. 

Dari kejadian ini, Papi jadi yakin kalau Gio peduli dengan perusahaan mereka. Papi semakin percaya kalau Gio betul-betul masa depan Ranggatama Corporation. Dia masih perlu banyak belajar sebelum jadi CEO, tapi hari ketika Gio menjadi pemimpin yang baru, Ranggatama Corporation akan mendapat pemimpin yang baik. 

**********************************

Rere tentunya kembali ke Jakarta untuk tinggal bersama Gio di apartemennya. Walaupun mereka sudah sering menghabiskan waktu di situ, tapi kedatangan Rere sebagai istri sah Gio kali ini terasa berbeda dan lebih spesial.

Gio sendiri sebetulnya sudah agak sedih karena akan berpisah sebulan dengan Rere. Dia berusaha mengatakan pada dirinya sendiri agar tak usah berlebihan. Sebulan itu sebentar. Namun tetap saja, rasanya hatinya tak rela harus berpisah.

Karena Gio sudah kembali, Helen juga jadi boleh tinggal di apartemen seberang Gio lagi. Si kembar bertemu lagi setelah Gio dan Rere sampai dari bandara.

"Kangen juga gue sama lo, Red," Gio tersenyum lebar, memeluk Helen dengan hangat. 

"Lo tetep cerewet ngingetin gue buat minum obat sih, Blue, tiga hari sekali nggak pernah absen. Jeremy lo jadiin satpam buat laporan gue udah makan atau belum dan sampai rumah jam berapa. Nyaris nggak beda sama lo yang di Jakarta, sih."

"Hehe, haruslah, Red. Ntar kalo gue udah di Oxford juga gue tetep bakal gitu, soalnya lo kan cuma ada satu, Red. Gue nggak bisa beli kembaran di Shopee."

"Dasar."

Tapi tangan Helen juga memeluk kembarannya dengan hangat. Rasanya dunianya sudah normal lagi setelah Gio ada di dekatnya. 

Jeremy dan Gio hanya saling menepuk pundak sebagai sapaan, sebelum mereka masuk ke apartemen Gio.

**********************************

Kembali ke Jakarta berarti kembali ke kampus lagi. 

Gio langsung sibuk lagi dengan semua kelas tambahan dan pengerjaan skripsinya, sedangkan Rere sudah tak harus ikut kelas tambahan lagi. Dia sudah dinyatakan lulus oleh Dekan sehari sebelum wedding daynya. 

Never Say NeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang