Author's Note:
Spicy chapter. Avoid if you're under 18.
Ingat ya, cerita ini FWB trope, dan bukan untuk dicontoh.
Cuma buat yang bisa dan mau baca aja.
Kalo nggak suka ya udah nggak usah baca. Aku nggak maksa.
Cuma buat mereka yang bisa baca ini sebagai hiburan aja.
Chapter ini udah kusensor. Di WP 1500 kata, di KK 2,200 kata. Nanti di komentar kupost link KKnya.
**********************************
Untuk menginap di mansion keluarga Ranggatama, mami menempatkan Rere di ujung lantai dua, sejauh mungkin dari Gio.
Tentunya kamar itu sama mewahnya dengan kamar yang lain. Mami hanya berusaha menjauhkan mereka. Bagaimanapun mereka belum menikah.
Mami kadang juga mengirim orang untuk mengawasi Gio. Mami tahu dengan sangat jelas dan pasti Gio dan Rere sudah sering bermalam bersama, weekend bersama, bahkan ke Bali seminggu bersama.
Beliau terlalu realistis untuk membohongi diri sendiri. Mami tahu mereka pasti sudah sering berhubungan seks. Dia tahu Gio seperti apa dengan perempuan.
Namun mami menyayangkan kenapa harus begitu juga dengan Rere. Mami berharap anaknya bisa menahan diri malam itu.
**********************************
Rere dipinjamkan piyama oleh Helen. Setelah mandi di kamar mandi yang mewah, dia memakai kimono handuk yang tersedia di situ.
Rere mengambil hpnya yang diletakkan di wastafel, dan langsung kaget membaca pesan dari Maxwell.
M: Re, besok kita bisa ngomong bentar, nggak?
R: kenapa Max? Soal seminar?
M: bukan
R: kalo penting bahas skrg aja
M: besok aja. Ngobrol bentar sebelum kelas pagi bisa?
R: bisa. Ada apa sih Max?
M: nggak apa-apa. Besok aja.
R: oke.Ketika Rere sedang termenung membaca pesan itu, ada ketukan di pintu.
"Re, buka Re," suara Gio terdengar.
Rere berjalan untuk membukakan pintu kamarnya.
Begitu melihat Rere yang baru selesai mandi dengan wangi sabun yang tercium, Gio langsung tersenyum. Dia melangkah masuk ke kamar dan mengunci lagi pintunya.
"Harus banget Gi, malam ini?"
Gio meraih Rere. "Harus."
"Nggak bisa besok aja? Pulang kuliah gue ke apartemen lo, deh."
Jawaban Gio adalah menarik lepas tali kimono Rere.
"Kalo bisa sekarang, ngapain besok?"
Tenggorokan Rede langsung terasa kering.
"Your body likes me," kata Gio, mendorong lepas kimono itu dari bahu gadisnya. "And you smell really good. You smell like ice cream."
Sabun di situ memang wangi vanilla.
"Tahu nggak?"
"Apa?"
"Reddy tadi makan gelato. Kita beneran kembar. Gue juga makan gelato. Gelatonya gue itu lo yang wangi vanilla."
Wajah Rere memerah, tapi dia masih sempat mengomel, "Dasar aneh!"
"Nggak mungkin banget ada lo yang seseksi ini di rumah gue, dan harus gue anggurin. Nunggu besok? Gila aja."
Gio langsung menarik Rere dan menciumnya dengan lapar, tangannya menyentuh seluruh tubuhnya, membuat napas Rere memburu.
Dia lalu menggendong Rere ke ranjang, dan naik ke atas tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Say Never
RomanceRebecca adalah mahasiswi paling cerdas di kampus. Pemenang berbagai penghargaan, ketua angkatan, dan dijuluki kampus queen. Populer, cantik dan smart. Pacarnya ganteng, sahabatnya juga keren. Tapi dunianya runtuh ketika dia tahu pacarnya selingkuh...