CEO Hardian Ranggatama alias Papi sudah siap dengan Doni, sekretarisnya, di ruang meeting lantai paling atas gedung Ranggatama Headquarter.
Papi bukan jenis CEO yang datang meeting paling akhir. Dia biasanya muncul early, bahkan sebelum jam meetingnya mulai. Papi sedang minum kopi dengan tenang sambil menunggu Divisi Planning and Development selesai bersiap.
Ketika Gio masuk diikuti Dharma, Papi sampai bengong.
"Don, itu anakku, apa aku halusinasi?" Papi bertanya dengan nada rendah ke sekretarisnya.
"Iya, itu bener Gio, Boss."
"Ada angin apa kamu tiba-tiba ikut meeting?" Papi bertanya pada Gio.
"Abis bahas soal skripsi sama Mas Dharma. Katanya mau ada meeting tentang Apartemen Chateau, jadi aku ikut aja."
"Emang kamu nggak ada kuliah?"
"Ada, tapi nanti, abis makan siang."
"Tumben banget dia dateng tanpa aku paksa, Don," kata Papi.
"Iya, puji Tuhan, Boss."
"Alhamdulillah, ya Rabb," Papi sampai mengucap begitu sambil melihat ke atas.
"Papi, ih, biasa ajalah. Malu tuh dilihat karyawannya."
Sementara papi menyadari beberapa staf dari Divisi Planning and Development yang perempuan muda memandangi Gio dengan mata bersinar. Mereka berbisik-bisik dengan excited. Gio memang sangat tampan, dan sudah lama dia jadi idola di kantor ayahnya.
Staf divisi yang mayoritas merupakan lulusan Teknik Sipil dan Arsitektur itu sebagian merupakan junior yang masih di bawah 30 tahun. Jangankan yang masih muda dan single. Yang sudah menikah dan punya anak pun tersenyum lebar melihat Gio.
"Heh, kalian semua jangan ngelihatin anak saya kayak gitu, ya! Dia ini udah sold out, lho!"
"Hah? Sold out gimana, Pak? Punya pacar, ya?" tanya seorang manager, yang Papi jelas tahu sudah punya anak satu, tapi malah memandangi Gio dengan terpesona dari tadi.
"Bukan, dia ini udah punya tunangan. Mau nikah dia bentar lagi."
"Yang bener, Pak? Semuda ini?"
"Lho, ya lebih baik nikah muda, toh? Lebih terarah kalau udah punya istri, nggak nakal lagi. Ya kan, Blue?"
"Haha, iya, Pi, bener."
"Bener, Mas? Mas Gio mau menikah?" Manager itu bertanya langsung pada Gio.
"Bener, Bu. Rencananya saya mau nikah bulan depan, hehe. Tolong didoakan ya Bu, semoga semuanya lancar. Jangan patah hati, ya, Bu."
Yang mengagetkan adalah, wajah manager itu langsung berubah sedih. Waduh, apa dia salah satu fans berat Gio?
Gio tak memperhatikan, hanya Dharma yang sadar. Benar-benar berbahaya pesona crown prince mereka.
Meeting kemudian dimulai. Meeting pagi itu adalah tentang Apartemen Chateau (dalam bahasa Perancis, kata ini berarti Castle atau Istana) yang akan mereka bangun di Jakarta Selatan. Desainnya akan mirip seperti istana di Perancis yang mewah.
Pembangunannya sudah memasuki tahap menengah, yaitu fungsi dasar bangunan sudah siap, dan bisa mulai didekorasi.
Menurut Gio desainnya sangat bagus dan menarik. Pasti apartemen itu akan menjadi hunian prestisius yang jadi rebutan banyak orang kaya di Indonesia.
Setelah Divisi Planning and Development selesai presentasi, Papi memberi komentar.
"Desainnya oke. Saya juga berterima kasih kalian menyelesaikan desain ini on time. Semoga pengaplikasiannya nanti sesuai dengan harapan dan rencana kita."
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Say Never
Любовные романыRebecca adalah mahasiswi paling cerdas di kampus. Pemenang berbagai penghargaan, ketua angkatan, dan dijuluki kampus queen. Populer, cantik dan smart. Pacarnya ganteng, sahabatnya juga keren. Tapi dunianya runtuh ketika dia tahu pacarnya selingkuh...