59. Engagement Day

960 91 8
                                    

Gio benar-benar menelepon Rere jam lima pagi.

"Beneran udah bangun ya, sepagi ini," komentar Rere.

"Papi kalo nginep di hotel bareng suka ngajak sholat jamaah, jadi ya harus diturutin."

Hem.

Rere ingin bertanya pada Gio, apa sholat mereka enam bulan terakhir ini diterima Allah, karena mereka sudah zina berbulan-bulan?

Keduanya memang muslim dan sholat, walau sering ditinggal.

Kalau kita berdosa, apa sholat kita berguna?

Rere memutuskan tak bertanya hal itu pada Gio. Mungkin memang tak perlu, karena hanya Allahlah yang sanggup menjawab tentang ini.

Dia juga tak ingin bertengkar yang tak perlu dengan Gio hari itu.

"Mandi, Re. Sarapan yang bener, biar nanti fresh."

Rere menahan gelak tawa, karena semua terasa tak nyata baginya.

"Ok. See you later."

"Can't wait. Gue udah kangen."

**********************************

Rere didandani MUA yang dipesan Helen dan Dharma mulai jam 7 pagi.

Jam 9 pagi, Rere sudah siap dengan kebaya dan songketnya, rambutnya tersanggul cantik dan makeupnya membuatnya semakin terlihat flawless. 

Jam 6 pagi, tim dekorasi dari Nirwana Hotel Medan dan mendekorasi rumah Rere dengan bunga mawar putih dan melati. 

Saat Rere melihat-lihat ke luar kamarnya, rumah yang ditinggalinya sejak lahir sudah sangat wangi.

Keluarga besar Rere sudah mulai berdatangan. Rere sudah tak punya kakek dan nenek, tapi dia punya beberapa tante dan om, yang semuanya hadir pagi itu. Suatu kebanggaan untuk mereka, karena Rere berhasil mendapatkan Giovanni Ranggatama, anak dari salah satu orang terkaya di negeri ini. 

Jam 9.30, Gio mengirim pesan lewat whatsapp: 

G: Re, kita otw ya.

R: oke.

Komplek perumahan yang biasa-biasa saja itu kemudian mendadak dipenuhi deretan sedan mewah. 

Seperti sulap, rombongan yang membawa dua puluh keranjang seserahan itu turun dari mobil. 

Bagai sihir juga, Helen berhasil menyiapkan kain songket untuk semua peserta seserahan dengan kebaya bagi yang perempuan, juga batik tangan panjang untuk para pria.

Semua peserta rombongan memakai warna coklat. 

Ada Mami dan Papi Gio, Helen, Oma, lima teman Gio, dan tiga teman Rere. 

Sebelas orang lainnya adalah teman-teman Gio sejak kecil, yang sengaja datang dari berbagai kota tempat mereka kini sekolah atau bekerja. 

Yang sedang kuliah di luar negeri pun datang demi mendampingi Gio lamaran. 

Rere tak mengundang tetangga. Hanya ada tetangga yang juga dekat dengan orangtuanya. 

Tapi sebagian besar tetangganya berjalan ke depan rumah Rere, karena katanya keluarga Ranggatama akan datang. Mereka semua penasaran ingin melihat langsung seperti apa sih wajah keluarga Ranggatama yang sering masuk media itu. 

"Ah, itu Hardian Ranggatama. Ganteng banget ya, makin tua makin ganteng."

"Apa nggak buka lowongan istri muda?"

"Gia Ranggatama kok kayak masih muda banget, ya? Kayak masih umur dua puluhan?"

"Itu Helen Ranggatama bukan, sih? Yang dipayungin? Dia yang katanya bolak-balik operasi jantung itu, ya? Untung ya, bisa selamat. Terbukti ya, uang nggak menjamin kita selalu hidup perfect."

Never Say NeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang