Bab 15

1.8K 43 0
                                    

ORANG TUA ITU menguraikan caranya orang belajar ilmu silat, kedengarannya sangat sederhana, tetapi sebetulnya mengandung arti sangat penting, semakin dipikir ia semakin merasa bahwa penjelasan orang tua itu merupakan suatu penjelasan yang mungkin belum pernah dipahami setiap orang sehingga rasa hormatnya semakin tebal.

Orang tua itu mendengar pujian Siang-koan Kie nampaknya sangat gembira, ia berkata sambil tertawa, "Jikalau dalam dunia rimba persilatan pada dewasa ini ada orang yang bisa membagi tiga faktor itu menjadi tiga bagian, dan mendapat kemajuan dengan serentak apakah mendapat hasilnya."

Siang-koan Kie berpikir lama baru menjawab, "Mungkin bisa, tetapi tiga faktor itu meskipun dibagi menjadi tiga bagian, tetapi diantara tiga faktor itu masih sulit dipisahkan hubungannya satu sama lain, sebab tenaga merupakan soal pokok, hawa pernapasan merupakan inti dan keterampilan atau kecerdasan merupakan pelaksanaannya, jikalau tiga faktor itu dijadikan satu, barulah menjadi sempurna."

Orang tua itu bersenyum dan berkata, "Nampaknya kau punya kecerdasan yang melebihi manusia biasa, tetapi tiga faktor yang tergabung menjadi satu itu kedengarannya susah dibagi dan digunakan sendiri2, namun demikian bukanlah merupakan suatu hal yang mutlak yang tidak dapat dibagi, jikalau tiga faktor itu bisa menjadi suatu ilmu tersendiri2 dan setelah masing-masing sudah mahir demikian rupa, lalu digabung menjadi satu untuk menghadapi musuh akan lebih hebat dan ampuh, di waktu melatih kita harus mencari jalan yang sederhana, tetapi kalau kita gunakan harus dari sederhana dibikin demikian rumit supaya membingungkan musuh."

"Keterangan suhu ini, membuat teecu segera tersadar sedalam2nya sehingga membawa faedah yang tidak sedikit."

Orang tua itu membuka pintu jendela, ia dongakan kepala mengawasi angkasa, kemudian ia berkata dengan tenang, "Uraian ini meskipun kedengarannya sederhana dan gampang dimengerti, tetapi untuk mewujudkan itu aku sudah menggunakan waktu beberapa puluh tahun lamanya, kecuali ilmu kepandaian yang tersendiri, semua kepandaian ilmu silat di dalam dunia, barangkali tidak terlepas dari tiga faktor penting ini...."

Ia berdiam sejenak, tiba-tiba berpaling dan mengawasi Siang-koan Kie, kemudian berkata pula, "Kau sudah menjadi muridku, maka pekerjaan selanjutnya, harus cara dengan bagaimana aku menurunkan kepandaianku kepadamu, betul tidak?"

"Suhu menurunkan kepandaian kepada teecu, teecu seharusnya juga melakukan sedikit upacara bagi suhu...."

Orang tua itu menggeleng2kan kepala dan berkata sambil tertawa, "Peraturan upacara ini sudah tidak usah saja."

Siang-koan Kie diam-diam berpikir, "Ia ingin menurunkan kepandaiannya kepadaku, sudah tentu ingin aku menuntut balas dendam untuknya, sekarang barangkali ingin mendengar penjelasanku untuk melakukan pekerjaan itu."

Karena berpikir demikian, maka ia segera berkata, "Apabila teecu berhasil mempelajari ilmu kepandaian suhu, sudah tentu akan menuntut...."

Orang tua itu menggoyang2kan tangannya, mencegah Siang-koan Kie melanjutkan bicaranya, kemudian berkata, "Aku tadi sudah kata kau tidak perlu melakukan apa-apa untukku lagi, apalagi kau juga belum tentu dapat menuntut balas dendamku ini."

"Ini aneh, suhu tidak ingin aku melakukan kewajiban, mengapa hendak mengajar kepandaian kepadaku?"

"Aku pikir seorang harus mengawani aku di dalam kuil tua yang sunyi sepi ini selama delapan tahun atau sepuluh tahun, sudah tentu bisa menimbulkan perasaan kesepian orang itu."

Siang-koan Kie diam-diam berpikir, "Ucapan ini memang benar, ayah bundaku masih hidup, suhuku sendiri masih belum tahu di mana sekarang berada dan bagaimana nasibnya, jikalau dalam waktu sepuluh tahun aku tidak boleh meninggalkan tempat ini setindak saja, bukankah ini merupakan suatu kejadian yang menyulitkan?"

Irama Suling Menggemparkan Rimba PersilatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang