Bab 99

1.7K 32 0
                                    

PEREMPUAN itu lama tidak mendapat jawaban Siang-koan Kie, bertanya pula: "Kau sedang memikirkan apa?"

Siang-koan Kie tidak berani memandang muka perempuan itu, ia pelan2 bangkit dari tempat duduknya dan berjalan kedepan jendela, matanya ditujukan keluar.

Beberapa laki2 berpakaian hitam dengan senjata ditangan, sedang mengadakan pemeriksaan dalam taman bunga.

Seorang tinggi kurus, dengan tangan memegang rantai yang mengikat, dileher seekor anjing bulu putih, tengah berbicara dengan empat wanita, sambil berjalan menuju keloteng dimana ia berada.

Hati Siang-koan Kie merasa cemas, karena apabila anjing itu dapat mencium bau orang asing, sudah tentu dapat menemukan jejaknya. Dengan demikian, pertempuran sengit pasti tidak akan dapat dihindarkan lagi. Meskipun ia tidak takut, tetapi itu berarti me-nyia2kan maksud tujuannya memasuki gedung Kun-liong Ong....

Selagi berpikir bagaimana harus menghadapi soal itu, satu tangan halus tiba2 merasa diletakkan diatas pundaknya, bau harum menusuk hidungnya.

Ia berpaling, perempuan baju kuning tadi menatap wajahnya dengan senyum manis, sikapnya jelas menunjukkan kegenitan, lima jari tangannya yang berada diatas pundaknya, menekan semakin keras.

Siang-koan Kie diam2 terkejut, ia mengerahkan kekuatan tenaganya, untuk menutup semua jalan darahnya, ber-jaga2 apabila perempuan itu turun tangan jahat.

Perempuan itu mendadak menarik kembali tangannya, dan berkata sambil bersenyum: "Adik kecil, kau rupanya terlalu banyak curiga!"

Belum lagi Siang-koan Kie menjawab, tiba2 terdengar suara serak: "Pengawal dalam istana Ciauw-ciong disini, ada urusan penting hendak melaporkan kepada Hong Ho."

Senyum dibibir perempuan itu lenyap seketika, dengan sikap dingin memandang Siang-koan Kie sejenak, kemudian berjalan pelan2 kedekat jendela, daun jendela ditolak dan kepalanya melongok kebawah.

Siang-koan Kie dengan cepat bertindak, jari tangannya menekan jalan darah 'Beng-bun-hiat' dibelakang punggung perempuan itu, katanya dengan suara perlahan: "Kalau nyonya ingin mati, asal aku menekan jari tanganku, dengan segera dapat mematahkan urat nadimu."

Perempuan itu tertawa ter-kekeh2, hingga Siang-koan Kie merasa heran sendiri. Kalau ia mau, dengan satu tekanan saja sudah cukup untuk membinasakan jiwa perempuan itu, tetapi dengan demikian, itu berarti menunjukkan jejaknya sendiri....

Selagi berpikir, perempuan itu mendadak berkata: "Apakah dibawah sana komandan Ciauw?"

"Hamba Ciauw Ciong." demikian terdengar suara jawaban serak.

"Ada keperluan apa kau datang kemari?"

"Kalau tidak ada urusan sudah tentu tidak berani menggangu Hong Ho... Tadi ketika hamba meronda didalam istana, telah melihat ada orang menyusup kedalam, jejak orang itu sudah diketahui oleh anjing peliharaan kita hingga kita kejar sampai kemari...."

"Kalau begitu, jadi kalian mengira aku sudah sembunyikan dia?"

"Buat menduga demikian hamba tidak berani, tetapi binatang kita yang mempunyai daya mencium bau luar biasa, bukanlah binatang anjing biasa, anjing kita ini ketika tiba di tempat ini, telah berhenti dengan mendadak...."

"Dan oleh karena itu, hingga kalian curiga kepadaku?"

"Maksud hamba khawatir kalau Hong Ho tidak tahu, atau orang itu sudah masuk ketempat Hong Ho diluar tahu Hong Ho sendiri...."

"Menurut pikiranmu bagaimana?"

"Hamba ingin naik keatas untuk mengadakan pemeriksaan."

"Bagus sekali! Jadi kau tidak percaya dengan keteranganku?"

Irama Suling Menggemparkan Rimba PersilatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang