Bab 86

1.7K 29 0
                                    

DIAM-DIAM Siang-koan Kie berpikir; "Tindak tanduk orang ini sangat mentjurigakan, sebaiknja djangan sampai ia keluar dari sini dalam keadaan hidup, karena aku belum mengetahui dia itu kawin atau lawan, sebaiknja kutangkap hidup2 sadja, biar toako jang memeriksa sendiri.

Ia lalu mengerahkan kekuatan tenaganja, sambil tertawa dingin ia berkata: "Kedatangan lotjianpwee sungguh kebetulan."

"Kebetulan? Dan kau mau apa?" Berkata orang itu gusar.

"Djikalau lotjianpwee tidak dapat menerangkan nama dan asal usulnja, lalu hendak berada disini dengan sesukanja, barangkali tidak begitu mudah."

Orang berpakaian hitam itu sedjenak nampak tertjengang, kemudian berkata dengan nada suara gusar; "Kau botjah ini apakah sudah terganggu pikiranmu? Mengapa perkataanmu tidak keruan?"

Melihat sikap bahasanja jang wadjar dan tidak seperti dibikin-bikin, dalam hati Siang-koan Kie merasa menjesal terhadap dirinja sendiri, tetapi masih belum hilang rasa khawatirnja, setelah berpikir sedjenak, lalu berkata sambil tertawa;

"Lotjianpwee berkepandaian sangat tinggi, tentunja salah seorang tokoh kuat dalam rimba persilatan tingkatan tua."

"Kau botjah ini sesungguhnja terlalu tjerewet menanja orang tidak berhentinya."

Siang-koan Kie tidak memperdulikan orang tua itu jang telah marah, ia berkata se-olah2 kepada diri sendiri:

"Lotjianpwee seorang tokoh rimba persilatan, tentunja djuga tokoh kuat jang bernama Kun-liong Ong."

"Kun-liong Ong, Kun-liong Ong.....nama ini seperti pernah dengar."

Siang-koan Kie mengerutkan alisnja, dalam hatinja diam2 berpikir: 'dilihat dari sikapnja, orang tua ini agaknja tidak berlaku pura2, dari golongan mana sebetulnja orang ini sesungguhnya susah diminta keterangannja.'

"Lotjianpwee tidak kenal dengan Kun-liong Ong, barang kali kenal dengan Auw-yang Thong."

Orang tua itu mendadak berobah sikapnja, mulutnja menggumam: "uw-yang Thong..... Ya benar! Orang ini namanja sangat terkenal, merupakan seorang pemimpin dari golongan pengemis jang mempunjai kedudukan paling kuat dalam rimba persilatan dewasa ini. Djikalau aku tidak mematuhi pesan istriku, suddah lama aku mentjarinja untuk membuat perhitungan."

Siang-koan Kie tertjengang, ia bertanja dengan perasaan heran; "Apa maksudmu ini?"

Selagi ia masih terheran, orang tua itu sudah melompat melesat dan sebentar kemudian sudah menghilang.

Ketika Siang-koan Kie tersadar dan tjoba mengedjar, orang tua itu ternjata sudah tidak tampak bajangannja.

Ia menghela napas pandjang dan mendongakkan kepala mengawasi bintang2 dilangit, lambat2 beru djalan sambil berpikir.

Makin berpikir makin banjak timbul pertanjaan dalam hatinja.

Dengan seorang diri ia berkata: 'dalam urusan ini terpaksa aku hendak menanja kepada toako, dengan ketjerdasannja, mungkin dapat mentjari keterangan.

Sementara itu ia sudah berada didekat rumah, dengan tindakan ter-gesa2 ia lari menudju kekamar Teng Soan.

Pintu kamar Teng Soan tertutup rapat, pelajan perempuannja duduk didepan pintu, begitu melihat Siang-koan Kie segara berdiri menjambut.

"Apakah toakoku tadi pernah tersadar?" bertanja Siang-koan Kie.

"Dia tidur njenjak sekali, hamba sudah sediakan barang hidangan untuknja, karena takut kalau mendusin ia nanti lapar, maka hamba tidak berani berlalu," mendjawab pelajan wanita itu.

Meskipun Siang-koan Kie ingin segera memberitahukan kepada Teng Soan tentang situa berpakaian hitam itu, tetapi kerena mengingat Teng Soan sedang tidur demikian njenjak, maka ia tidak berani dan terpaksa menunggu dengan sabar.

Irama Suling Menggemparkan Rimba PersilatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang