Bab 97

2K 35 0
                                    

Siang-koan Kie berpikir sejenak, kemudian berkata: "Kecerdikan penasehat kita, bukanlah orang2 sebagai kita ini yang dapat mengukurnya. Kalau ia sudah mengatur demikian, pasti ada yang mengandung maksud tertentu. Untuk menjaga sesuatu yang tidak diinginkan, sebaiknya taysu simpan obat ini."

Sek Bok taysu menerima itu ditelannya sebutir, sisanya disimpan dalam sakunya.

Siang-koan Kie meraba belati emas dalam sakunya, mengajak kedua kawannya berlalu. Empat orang itu keluar dari dalam kuil, melanjutkan perjalanannya keistana Kun-liong Ong.

Siang-koan Kie yang sudah mendapat petunjuk dari Nie Suat Kiao, telah mengetahui bahwa istana itu berada diluar kota Kiu-kang, letaknya ditepi sungai. Dilihat sepintas lalu, merupakan satu perkampungan yang luas, juga mirip dengan perkampungan nelayan, tetapi keadaan yang sebenarnya, orang2 atau yang mirip dengan penduduk kampung itu, semua adalah anak buah Kun-liong Ong.

Dengan menurut petunjuk Nie Suat Kiao, Siang-koan Kie pimpin tiga kawannya berjalan menuju kearah kampung itu.

Dibawah sinar bintang dilangit, tampak beberapa bangunan rumah yang dibangun disepanjang jalan yang menuju kekampung itu.

Selagi berjalan, tiba2 terdengar suara orang membentak: "Berhenti!"

Dari dalam rumah2 ditepi jalan itu muncul tujuh delapan orang, masing2 membawa senjata golok. Orang2 itu semuanya berpakaian warna hitam, mereka berdiri berbaris menghalang ditengah jalan.

Siang-koan Kie mengeluarkan sebuah plat perak, ditunjukkan kepada mereka.

Orang2 itu setelah melihat plat perak ditangan Siang-koan Kie, mata mereka ditujukan kepada dua kacung didamping Siang-koan Kie.

Dua kacung itu dengan serentak mengeluarkan plat dari dalam saku masing2, ditunjukkan kepada mereka.

Orang2 itu setelah menyaksikan plat perak ditangan dua kacung, kembali mengawasi Sek Bok taysu, karena melihat tangan paderi tua itu dirantai, segera memberi jalan kemudian kembali ke rumah masing2.

Siang-koan Kie menarik napas lega. Apabila orang2 itu tadi menegur dirinya, sudah tentu tidak bisa menjawab, hingga akan terbuka rahasianya.

Dengan pengalamannya yang pertama ini, mereka berlaku lebih hati2, dengan beruntun mereka melalui tujuh tempat penjagaan.

Menjeiang subuh, dari jauh mereka samar2 tampak sebuah bangunan megah, di-tengah2 perkampungan yang sangat luas itu.

Siang koan Kie berkata kepada dua kacung dengan suara perlahan: "Kita sudah berada semakin dekat istana Kun-liong Ong, bahayanya juga semakin besar, masih untung bahwa anak buah Kun-liong Ong sebahagian besar sudah dikendalikan pikirannya oleh pengaruh obat. Betapapun tinggi kepandaian mereka, tetapi daya pikiran mereka sudah tidak seperti pikiran manusia biasa. Asal kita bisa menghadapi dengan tenang, rasanya tidak susah melalui pemeriksaan mereka dengan selamat. Setelah kita menjumpai orang yang dijanjikan, mungkin akan bekerja secara berpencaran untuk menyusup kegedung Kun-liong Ong. "Apa yang siaotee ketahui, sebaiknya akan kuberitahukan kepada saudara berdua."

Dua kacung itu mengangguk, selagi hendak menjawab, tiba2 menampak sebuah lampu merah, muncul didalam gelap, kemudian disusul oleh suara derap kaki kuda yang dilarikan kearah mereka berdiri.

Siang-koan Kie berkata sambil mengerutkan alisnya: "Entah orang macam apa yang keluar dari istana Kun liong Ong itu?"

"Apakah kita perlu menyingkir?" berkata Thio Hong.

"Ditempat sekitar kita berdiri, mungkin ada banyak mata2 yang mengintai gerak gerik kita, asal kita sendiri tidak berlaku tenang, itu berarti membuka kedok sendiri." berkata Siang-koan Kie.

Irama Suling Menggemparkan Rimba PersilatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang