EMPAT laki2 berbaju hitam itu mendadak menghunus golok dari belakang punggungnya dan mundur dibelakang gadis berbaju merah.
Siang-koan Kie diam2 merasa heran, ia tidak mengerti apa yang dilakukan oleh gadis itu.
Karena ia khawatir jejaknya diketahui oleh gadis itu, ia bermaksud hendak bertindak lebih dulu, diam2 ia menyampaikan maksudnya itu kepada tiga kawannya.
Gadis baju merah itu berjongkok dan mengadakan pemeriksaan disalah satu rumah kayu, tiba2 dibuka pintunya, tangannya bergerak. Dari dalam rumah itu menyeret keluar tubuhnya seseorang, kemudian diletakkan ditanah.
Dibawah sinar matahari, tampak nyata orang itu badannya kurus kering, matanya tertutup rapat, rupanya sudah hampir mati.
Yang mengherankan ialah, orang itu setelah ditarik keluar, kedua tangannya bergerak-gerak seperti bukan maunya sendiri, agaknya hendak balik kedalam rumah. Napasnya lemah, namun masih berusaha hendak merayap bangun.
Gadis itu bertindak kelain rumah, kembali mengeluarkan orang dari dalamnya yang serupa keadaannya.
Empat laki2 berbaju hitam itu mendadak bergerak dengan serentak, menekan dua orang yang baru dikeluarkan dari dalam rumah kayu.
Gadis itu meng-amat2i wajah dua orang kurus kering itu sejenak, kemudian berkata: "Tidak salah! Bawa pergi."
Empat laki2 berbaju hitam itu segera menggotong pergi dua orang kurus kering itu.
Siang-koan Kie menyaksikan semua kejadian itu dengan hati bergidik, pikirnya diam2: "Orang2 yang dikurung dalam rumah petak kayu ini, tidak diberi makan dan minum, juga tidak mau pergi. Meskipun badannya habis sehingga tinggal kulit membusuk tulang, ternyata tidak mati. Apakah orang2 itu lebih dulu diberi makan obat, baru dimasukan dalam rumah ini?"
Meskipun ia tidak tahu apa sebabnya orang2 yang dikurung dalam rumah itu tidak mau lari, tetapi karena sudah disaksikannya, bagaimana bisa tinggal diam? Darah mudanya mendidih, ia bangkit seketika.
Dua kacung dan Sek Bok taysu karena tidak melihat apa yang telah terjadi diluar, tetapi ketika menampak Siang-koan Kie berdiri, mereka juga segera berdiri.
Selama beberapa hari berada bersama-sama, Sek bok taysu sudah tidak mengandung permusuhan terhadap Siang-koan Kie. Ia berjalan menghampiri dan menanya dengan suara pelahan:
"Apakah orang itu tadi sudah pergi?""Sudah, tetapi aku akan menghancurkan semua rumah kayu ini!" jawabnya Siang-koan Kie dengan bernapsu.
Thio Hong terkejut mendengar jawaban tanyanya: "Kenapa?"
"Terlalu kejam...." jawab Siang-koan Kie, lalu menceritakan apa yang telah disaksikannya tadi.
Sek Bok taysu menghela napas kemudian berkata: "Kalau kau menghancurkan rumah ini satu persatu, mungkin juga menghancurkan jiwa penghuninya. Menurut pikiran pinceng, dalam rumah ini mungkin ada semacam racun aneh. Semua orang yang berada didalam rumah ini, setelah melalui beberapa waktu, akan terkena racun yang tidak tertampak itu hingga orang2 itu lebih suka berada di dalam rumah, tidak merasakan lapar, sudah tentu tidak memikirkan untuk lari."
"Entah racun apa yang mempunyai pengaruh demikian jahat?" bertanya Siang-koan Kie.
"Tentang ini sebelum pinceng mendapatkan keterangan pasti, tidak berani menentukan."
"Saudara Siang-koan Kie berjiwa luhur dan mempunyai rasa cinta kasih terhadap sesamanya. Untuk menolong orang2 yang bernasib malang ini, memang sudah seharusnya, tetapi keadaan kita sendiri pada dewasa ini, sebetulnya kurang tepat apabila melakukan sesuatu tindakan diluar tugas kita, karena ini berarti mengeprak rumput membuat kaget ular. Lagi pula orang2 ini terkurung dalam rumah ini, entah sudah berapa lama? Untuk menolong mereka, rasanya belum perlu kita bertindak tergesa-gesa." Berkata Thio Hong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Irama Suling Menggemparkan Rimba Persilatan
General FictionPartai Pengemis (Kay Pang) saat ini menjadi kekuatan yang paling besar dan sangat disegani dunia persilatan bahkan melebihi kekuatan 9 partai besar, ini semua karena jasa seorang Sastrawan Tua yang merupakan penasihat sekaligus orang kedua sesudah P...