Bab 77

2.1K 39 0
                                    

LAKI2 dari barisan aneh itu, setiap orang pucat pasi, dengan mata membelalak memandang Siang-koan Kie, sinar mata mereka menunjukkan tanda kaget, heran, marah jeri tetapi juga kagum.

Pemuda itu dengan seorang diri dan sebilah pedang telah masuk dan keluar ke dalam barisan mereka dengan seenaknya, barisan yang terdiri dari tigapuluh enam orang itu, se-olah2 bukan merupakan apa-apa baginya.

Dihadapan Teng Soan, Siang-koan Kie berkata sambil memesut keringat di jidatnya. "Sungguh hebat barisan ini, aku telah terkena serangan pedang mereka sebanyak tigabelas tempat."

Teng Soan terperanjat, ia bertanya dengan wajah berobah: "Apakah kau terluka?"
"Meskipun tidak terluka, tapi tigabelas pedang itu, setiap pedang hampir menamatkan jiwaku, jika aku agak terlambat merobah gerak tipuku, barangkali tidak bisa keluar dari kepungan mereka."

Delapan laki2 itu mendengarkan penuturan Siang-koan Kie dengan perasaan kagum.

Siang-koan Kie mengawasi sikap mereka ia khawatir bahwa ucapannya itu akan mempengaruhi semangat mereka, maka ia berkata pula sambil tertawa terbahak-bahak: "Barisan itu meskipun hebat, tapi tidak bisa berbuat apa2 terhadap aku. Apalagi ... dengan adanya semangat dan tekad kita beberapa orang ini, juga sudah cukup untuk menggetarkan mereka."

Teng Soan bersenyum, dalam hatinya diam2 memuji bahwa pemuda gagah itu, ternyata juga mengerti bagaimana mengempos kawan2nya. Ia lalu berkata: "Kalau begitu mari kita menyerbu saja."

Dalam hati Siang-koan Kie berpikir: 'aku seorang diri saja demikian sulit, untuk menembus garis mereka, apabila membawa demikian banyak orang aih ...'

Walaupun dalam hatinya berpikir demikian tetapi dengan tanpa banyak pikir lagi ia sudah berseru: "Serbu!"
"Saudara Siang-koan didepan, tuan2 ikut disampingku, bertindak menurut perintahku," berkata Teng Soan, sesungguhnya ia sudah menemukan ciri2nya dalam barisan itu, dibagian yang mana yang harus diserbu supaya dapat memecahkan barisan tersebut.
"Barisan itu mengandung banyak perobahan yang aneh bagaimana Sianseng boleh menempuh bahaya, menurut pikiranku, aku hendak membawa empat kawan untuk menyerbu lebih dulu, sianseng bergerak belakangan," berkata Siang-koan Kie dengan suara perlahan.
"Tidak apa kau jangan khawatir ..." berkata Teng Soan sambil tersenyum, kemudian berkata kepada laki2 yang berdiri disekitarnya: "Setelah kita masuk ke dalam barisan, harap tuan2 turut perintahku, jangan bertindak sendiri2, supaya kita tidak tersesat."

Delapan laki2 itu menerima baik pesan tersebut.

Teng Soan lalu bertindak sambil mengibaskan kipasnya.

Siang-koan Kie maju selangkah, berjalan di muka Teng Soan. Dan delapan laki2 itu berjalalan melindungi Teng Soan.

Keberanian dan ketangkasan Siang-koan Kie, sudah meninggalkan kesan yang sangat dalam kepada musuhnya, maka ketika menampak ia menyerbu lagi dengan melintang pedang, barisan itu segera mengadakan perubahan.

Teng Soan berkata dengan suara perlahan: "Saudara Siang-koan menyerang bagian timur, menduduki posisi disitu, lekas."

Siang-koan Kie menujukan matanya ke arah timur, disitu tampak berdiri tiga orang, meskipun dalam hati merasa heran, tetapi ia sudah percaya benar kepada Teng Soan, maka tanpa ragu-ragu ia segera menyerbu ke arah timur itu.

Sungguh heran, ketika Siang-koan Kie menyerbu, perobahan gerakkan barisan itu, baru saja memutar setengah putaran, sedangkan di bagian timur itu, terdapat satu tempat kosong.

Teng Soan menggerakkan tangan kirinya, menyuruh dua laki2 yang berada disebelah kirinya segera menyerbu.

Dua laki2 itu segera menerjang sambil memutar goloknya.

Gerakkan perobahan barisan musuh, juga baru saja membuka satu bagian terluang ditempat yang diserbu oleh dua orang itu, hingga dua laki2 itu dapat masuk ke dalam barisan tanpa mendapat rintangan.

Irama Suling Menggemparkan Rimba PersilatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang