Bab 108

1.8K 29 0
                                    

Golok yang menyerang Sek-bok Taysu dari samping, semua telah terpukul jatuh oleh tongkatnya. Paderi tua berilmu tinggi itu agaknya sudah hilang sabarnya. Dengan satu gerakan ia sudah melukai dua korban yang tadi membokong dirinya.

Dipihaknya Thian-bok taysu, dua kacung dan Kim Goan To, semua telah mengeluarkan seluruh kepandaian masing2. Dalam waktu sekejap, sisa pasukan pengawal baju hitam itu sudah hampir ditumpas habis.

Dalam pertempuran menghadapi musuh2 se-olah2 orang gila itu, Thian bok taysu dan dua kacung agak terpengaruh pikirannya, mereka hampir tidak tega turun tangan, hingga gerakannya agak pelahan. Hanya anggauta pasukan berani mati, yang sejak semula tetap tenang tetapi gigih, sehingga Nie Suat Kiao semakin kagum terhadap Teng Soan.

Siang-koan Kie saat itu menyaksikan jalannya pertempuran dengan diam saja, seakan-akan sedang memikirkan sesuatu. Nie Suat Kiao lalu menegur padanya sambil bersenyum: "Kau sedang memikirkan apa?"

"Aku sedang memikirkan Teng toako yang sudah tiada, meskipun ia tidak pandai ilmu silat, tetapi telah berhasil menciptakan satu pasukan kuat untuk golongan pengemis. Kepandaian ilmu silat lima orang itu meskipun belum terhitung tinggi, tetapi setiap menghadapi musuh, selalu tenang dan tidak gentar. Sekalipun saudara Wan Hauw juga tidak bisa berlaku demikian."

"Benar, Teng sianseng sebetulnya seorang pintar luar biasa. Sayang Tuhan tidak memberi umur panjang kepadanya...." berkata Nie Suat Kiao sambil menghela napas.

"Pandangan Teng toako ternyata tepat, sebelum meninggal, ia telah menyerahkan tugas untuk mengamankan rimba persilatan kepadamu...."

"Tugas ini meskipun berat, tetapi aku akan berusaha sekuat tenaga untuk memenuhinya." Sambung Nie Suat Kiao, "untung dimasa hidupnya Teng Sianseng sudah memasang biji kuat. Asal aku melakukan menurut petunjuknya, mungkin tidak mengecewakan pengharapannya."

"Dalam ingatanku, dimasa hidup Teng toako pernah berkata, bahwa rencana untuk menundukkan Kun-liong Ong, agaknya tersimpan dalam kuburannya.... Oleh karena itu, maka ia suruh kau yang mengawasi dalam pembuatan kuburannya." sambung Nie Soat Kiao sambil bersenyum.

"Tetapi, aku lihat kau seperti bermaksud hendak melakukan pertempuran yang menentukan didekat istana Kun-liong Ong."

"Dalam istana Kun-liong Ong, ada banyak orang kuat rimba persilatan....."

Sementara itu, dari jauh terdengar suara siulan panjang.

Suara itu datang dari arah rimba, sebentar saja sudah tiba ketempat pertempuran. Hampir bersamaan dengan datangnya suara siulan itu, terdengar suara keluhan tertahan. Kim Goan To yang berada paling depan, menjadi sasaran pertama, badannya terbang melayang ketengah udara.

"Lekas menolong orang." demikian Nie Soat Kiao mengeluarkan perintah.

Wan Hauw segera lompat melesat, menyambar tubuh Kim Goan To yang hendak melayang jatuh, kemudian didukungnya ketanah.

Semua orang telah dikejutkan oleh kejadian yang tidak ter-duga2 itu, hanya lima anggauta pasukan berani mati yang masih tetap tenang menghadapi musuhnya. Kemudian dari medan pertempuran meleset lima benda tajam, menyerang kearah seorang laki2 berjubah hijau.

Ini adalah pertama kalinya pasukan berani mati menggunakan tombak menyerang lawannya.

Tetapi laki2 jubah hijau itu ternyata tinggi sekali kepandaian dan kekuatannya, dengan satu tangan ia menjatuhkan lima tombak yang menyerang dirinya.

Laki2 jubah hijau itu berdiri ditempat sejauh enam tujuh kaki, sepasang matanya memancarkan sinar tajam yang menakutkan.

Lima auggauta pasukan berani mati maju menyerbu berbareng dengan serangan tombaknya, hingga sebentar saja laki2 jubah hijau itu sudah terkurung rapat.

Irama Suling Menggemparkan Rimba PersilatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang