Bab 74

2K 33 1
                                    

Beberapa orang itu setelah berunding soal kesehatan badan Teng Soan beberapa lamanya, baru berlalu dan kembali ke masing-masing pondoknya untuk beristirahat.

Auw-yang Thong yang selalu memikir kesehatan Teng Soan, tidak kembali ke pondoknya sebaliknya pergi ke Pondok Teng Soan.

Dua anak buah golongan pengemis yang menjaga di depan pintu, begitu melihat pangcunya, segera menghampiri untuk memberi hormat.

"Apakah sianseng sudah tidur?" bertanya Auw-yang Thong.

"Sianseng sedang menantikan kedatangan pangcu," menjawab dua orang itu dengan serentak.

Auw-yang Thong sejenak nampak tercengang, dalam hatinya diam-diam merasa heran mengapa Teng Soan mengetahui ia hendak berkunjung.

Ketika ia hendak melangkah masuk ke dalam kamar, ternyata Teng Soan nampak sedang tidur.
Auw-yaug Thong tidak berani mengganggu, ia berdiri disampingnya dengan sabar.

Entah berapa lama kemudian, Teng Soan perlahan-perlahan membuka matanya, ia menoleh memandang Auw-yang Thong sejenak, lalu berkata: "Sudah lama pangcu datang?"

"Baru saja tiba," berkata Auw-yang Thong.

"Maafkan dosa hambamu yang tidak menyambut sebagaimana layaknya."

Auw-yang Thong menarik sebuah bangku dan duduk, kemudian berkata: "Ah! Kita tokh bukan orang luar."

"Ada beberapa soal penting, sudah lama hambamu ingin merundingkan dengan pangcu."

"Sianseng katakan saja, aku bersedia untuk membantu."

"Ini ada beberapa persoalan pribadi."

Auw-yang Thong tercengang. "Apa? Apakah sianseng ingin mengundurkan diri lagi?"
"Ini saat apa? Bagaimana hambamu timbul pikiran untuk undurkan diri lagi?"
"Kecuali soal ini, aku selalu menurut kehendak sianseng."

Teng Soan meletakkan kipas di tangannya, ia menarik napas dalam2, wajahnya yang pucat, nampak semakin pucat, keadaannya nampak sangat letih sekali.

Dalam waktu yang sangat singkat itu, Auw-yang Thong mendadak timbul perasaan bahwa Teng Soan yang biasanya tenang dan gembira, sudah banyak lebih tua.

Suaranya yang bening juga sudah berubah menjadi parau, katanya: "Pangcu, adakah pangcu merasakan keadaan hambamu agak berlainan?"
"Oleh karena urusan dalam golongan pengemis, Sianseng telah menggunakan banyak tenaga dan pikiran, sehingga badanmu kian hari kian lemah, justru karena itu aku sendiri setiap hari merasa tidak enak."
"Aku memang sudah ditakdirkan tidak bisa panjang umur, pada waktu itu sudah merasakan bahwa akhir hidupku sudah akan tiba ... nampaknya, sudah tidak sanggup menahan setengah tahun lagi."

Auw-yang Thong terkejut. "Sianseng sendiri mengerti ilmu tabib dan obat-obatan, rasanya pasti tahu obat untuk menyembuhkan kesehatanmu, aku pasti akan mencurahkan semua tenaga, untuk mencarikan obat yang manjur itu bagimu."

Teng Soan sambil tersenyum pahit berkata dengan suara lembut: "Obat hanya menumbuhkan penyakit yang tidak membawa kematian, tetapi bagi hambamu yang sudah habis batas umurnya, bagaimana nyawa dapat disambung dengan obat? Maka pangcu tidak perlu susah hati."
"Dalam hal ini meski-pun aku tidak membunuh sianseng, tetapi jikalau sianseng meninggal itu berarti disebabkan karenaku. Andaikata waktu itu aku tidak minta sianseng turun gunung, maka penghidupan sianseng di atas gunung yang aman tentram, tidak sampai mengakibatkan sianseng harus bekerja keras sehingga penyembuhan sianseng terganggu."
"Bukan begitu, pangcu tahu bahwa Kun-liong Ong tidak akan melepaskanku begitu saja, jikalau bukan pangcu yang menolong, saat ini hambamu barangkali cuma tinggal tulang dan tengkoraknya saja!"
"Di atas pundak sianseng terpikul beban berat untuk menegakkan keadilan dan kebenaran rimba persilatan serta membasmi segala kejahatan, bagaimana boleh membicarakan soal mati dengan mudah?..."
"Pangcu seorang gagah berjiwa besar bagaimana boleh karena kematian hambamu seorang, lalu berputus asa ... hambamu ini karena menanggung budi pangcu, dalam hidupku ini, sudah menyumbangkan semua kepintaran dan jiwa raga untuk mencari banyak orang pandai dan kuat bagi golongan pengemis, beberapa anggauta kita yang menduduki kedudukan penting, semua merupakan orang-orang luar biasa, umpama Koan Sam Seng adalah seorang setia dan jujur, hanya disebabkan karena kepandaian dan kecerdasan pangcu yang melebihi manusia, maka kepandaian maupun kepintaran orang2 itu tidak kelihatan menonjol, sebetulnya mereka itu semuanya dapat ditugaskan untuk suatu tugas berat, aih ... selama beberapa tahun ini segala urusan pangcu selalu menanyakan dan merundingkan dengan hambamu sehingga lambat laun menjadi kebiasaan, pangcu sendiri juga merasakan dirinya kecil, tidak sanggup melakukan pekerjaan besar, Cu-kat sianseng dizaman tiga negeri Sam Kok merupakan suatu contoh, namun hambamu yang mengetahui itu tetap sudah melanggarnya ..."
"Belum tentu semua itu betul, kepintaran dan kecerdasan sianseng, bagaimana dapat dibandingkan denganku, justru karena itu, sudah tentu aku harus mengandalkan sianseng."
"Walau-pun demikian, tetapi Kun-liong Ong adalah seorang yang cerdik, licin, jahat dan kejam, sesungguhnya merupakan lawan yang sangat berbahaya dan berat ditandingi, beberapa orang2 kita yang memegang jabatan penting, meskipun semuanya merupakan orang2 kuat dan dapat melakukan pekerjaan besar, tetapi mereka itu jikalau hendak menghadapi Kun-liong Ong, sesungguhnya masih selisih jauh. Namun demikian hambamu selama ini diam2 telah menemukan dua orang yang dapat mengimbangi kepandaian Kun-liong Ong."

Irama Suling Menggemparkan Rimba PersilatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang