Bab 76

2.1K 37 1
                                    

MEREKA berdua berbicara seenaknya di bawah ancaman bahaya serbuan manusia ganas, sedangkan Siang koin Kie juga terus duduk di samping, mendengarkan pembicaraan mereka dengan tenang agaknya tidak menghiraukan bahaya yang mengancam itu.

Ketika mendengar sampai di situ, tiba-tiba ia berkata : "Ada suatu hal yang aku tidak dapat percaya."

"Hal apa?" bertanya Teng Soan.

"Benarkah sianseng dari ilmu nujum, telah menunjukkan harus datang ketempat ini?" berkata Siang-koan Kie.

"Itu hanya merupakan suatu urusan yang asal harus sengaja menerangkan dihadapan orang, satu ilmu nujum, mungkin dapat menujumkan bahaya atau keberuntungan seseorang, bagaimana dapat menujumkan tempatnya begitu tepat!"

"Kau pandai meramalkan apa yang akan terjadi, seharusnya tahu bagaimana harus menyingkir dari bahaya, juga tidak seharusnya datang kemari," berkata nyonya Kun-liong Ong sambil menghela napas.

"Selama belum pernah aku menghiraukan kepentingan diriku sendiri, maka aku juga belum pernah menujumkan diriku sendiri."

"Kau pandai melihat nasib orang, bodoh terhadap diri sendiri, seumur hidupmu kau selalu mengabdi untuk kepentingan orang lain, sampai sekarang seharusnya kau juga bisa memikirkan dirimu sendiri bagaimana harus keluar dari gangguan ini?"

Sebelum Teng Soan menjawab Siang-koan Kie sudah berkata dengan suara nyaring. "Sekalipun diluar banyak tentara, aku juga akan mengantar Teng sianseng keluar dari sini dalam keadaan selamat."

Wajah nyonya Kun-liong Ong yang murung terlintas suatu senyuman, kemudian berkata, "Seorang jago muda yang gagah perkasa, suhengku mempunyai kepintaran seperti Cu-kat sianseng, kau juga mempunyai keuletan dan keberanian seperti Cu To hiong, sebelum ajalku tiba aku dapat melihat dua laki2 seperti kalian, rasanya juga tidak sia2 dalam hidupku ini."
"Nyonya terlalu memuji ..." berkata Siang-koan Kie.

Baru saja Siang-koan Kie menutup mulut, tiba2 terdengar suara bentakan bengis yang sudah berada diambang pintu.

Siang-koan Kie membalikkan badan dan menyerbu keluar, seorang laki2 berpakaian ringkas dengan badan berlumuran darah berdiri diambang pintu Siang-koan Kie segera membentak.

"Balik!"

Selagi hendak melancarkan serangannya, tak disangka laki2 itu sudah roboh di tanah, sebilah pedang panjang menancap dibelakang punggungnya.

Tatkala ia berpaling, nyonya Kun-liong Ong sudah berdiri dari tempatnya sedangkan Teng Soan dengan sikap tidak berobah, masih berdiri di tempatnya tanpa bergerak.

Siang-koan Kie diam2 memuji ketabahan Teng Soan.

Sementara itu nyonya Kun-liong Ong sudah mendekati jendela, biji matanya berputaran wajahnya berobah, ia berkata sambil menghela napas: "Hanya sebentar saja, mereka sudah menyerbu masuk."

Kiranya ia yang menyaksikan pertempuran dari jendela, merasa terkejut menyaksikan bahwa pelayannya hanya tinggal tiga orang saja.

Tiga pelayan itu dengan sangat berani dan gagah sekali melawan musuhnya yang berjumlah kira2 delapan orang, keadaannya nampak letih sekali. 

Seorang pelayan yang sudah roboh di tanah tiba2 bangkit dan mengambil sebilah pedang panjang kemudian menyerbu lawannya?

Pelayan perempuan itu bukan saja sekujur badannya sudah mandi darah, rambutnya sudah tak keruan, tetapi lengan kirinya juga sudah tidak bisa bergerak, hanya mengandalkan semangat dan keberaniannya tanpa menghiraukan keadaannya sendiri ia melawan musuhnya secara nekad, musuhnya agaknya tidak menduga bahwa dalam keadaan parah pelayan itu masih berani melawan mati-matian, sehingga saat itu menjadi tertegun dan sudah lupa menyingkir.

Irama Suling Menggemparkan Rimba PersilatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang