Bab 72

2.4K 43 1
                                    

TOUW THIAN GOUW mengerti bahwa empat orang anggauta pengemis itu, meskipun dikatakan sebagai pengantar, sebetulnya disuruh mengawasi gerak geriknya, tetapi di bawah keadaan demikian sudah tentu ia juga tidak dapat menyalahkan tindakan Koan Sam Seng itu, maka ia lalu memberi hormat seraya berkata:
"Terima kasih atas bantuan saudara."

"Penasehat kita Teng Sianseng, pengetahuannya dan ilmu obat2annya serta memeriksa orang sakit, sesungguhnya memang pandai, saudara Touw ini, rasanya tidak sulit disembuhkan penyakitnya," berkata Koan Sam Seng sambil tertawa.

Touw Thian Gouw dibawah kawalan empat orang dari golongan pengemis, setelah melalui rimba itu, lari menuju ketanah datar yang luas, berjalan kira2 setengah jam, dari jauh telah tampak suatu perkampungan kecil.

Dua dari antara empat pengawal itu tiba2 memperlambat gerak kakinya, berjalan kedalam perkampungan kecil.

Touw Thian Gouw mengawasi Siang-koan Kie yang berada dalam pondongannya, pemuda itu memejamkan matanya, agaknya sedang tidur nyenyak sekalipun lari demikian jauh dan lama ternyata sedikitpun tidak tersadar. Keadaan ini sangat mengherankan Touw Thian Gouw.

Dua orang golongan pengemis lagi yang mengikuti dibelakang Touw Thian Gouw, mendadak berkata dengan suara perlahan;
"Harap tuan tunggu disini sebentar, mereka sedang memberi lapor lebih dahulu."

Tidak berapa lama, nampak muncul Teng Soan yang datang menyambut dengan diikuti oleh dua orang dari golongan pengemis tadi, orang cerdik dan pandai itu segera berkata sambil tertawa;
"Kedatangan Touw tayhiap sangat kebetulan, mari masuk kedalam perkampungan ini."

Mata Teng Soan berputaran menatap wajah Siang-koan Kie seraya berkata: "Kenapa, apakah ia terluka?"
"Ia sedang dihinggapi penyakit, tolong sianseng memeriksa badannya," berkata Touw Thian Gouw.
"Silahkan masuk dulu," berkata Teng Soan yang, segera memutar tubuhnya dan berjalan lebih dulu.

Touw Thian Gouw mengikuti dibelakangnya, menuju kesebuah gubuk yang dikitari oleh pagar bambu.

Disebuah ruangan yang cukup luas dalam gubuk itu, terdapat sebuah meja kayu merah. diatas meja itu penuh tumpukan kertas dan alat2 tulis.

Teng Soan setelah mengajak tetamunya duduk, lalu memerintahkan dua orang tadi keluar.

Teng Soan meletakkan kipasnya diatas meja seraya berkata: "Menolong orang seperti menolong kebakaran biarlah siaote periksa dulu nadinya."
"Penyakitnya datangnya secara mendadak dan aneh sekali, barangkali bukan penyakit biasa...."

Teng Soan hanya menganggukkan kepala tidak mengucapkan apa2, ia memegang dan memeriksa getaran nadi Siang-koan Kie sambil memejamkan matanya.

Lama sekali, baru membuka matanya dan berkata; "Penyakitnya memang benar agak berat."

"Apakah masih dapat ditolong?"

"Tidak ada bahaya bagi jiwanya, tetapi memerlukan waktu yang cukup untuk mengobatinya.

"Tolong Sianseng memberikan obatnya."

"Diperkampungan yang sepi ini mana ada toko obat, terpaksa siaote akan memberikannya lebih dulu beberapa butir obat pel buatan siaote sendiri, untuk sekedar memberi bantuan tenaga, kemudian siaote akan menyuruh orang membelikan obatnya."
"Semua terserah kepada Sianseng."

"Saudara jangan khawatir," berkata Teng Soan, lalu mengeluarkan dua butir obat pel lebih dulu ia mencairkan dengan air panas, lalu memasukan dalam mulut Siang-koan Kie, kemudian ia bertanya kepada Touw Thian Gouw dengan suara perlahan;
"Penyakit saudara Siang-koan ini rupanya seperti disebabkan karena terganggu pikirannya dan menggunakan tenaga terlalu banyak serta terkena angin dingin pula....."
"Keterangan Sianseng ini semua benar, selama berapa hari ini ia memang benar-benar terlalu letih."
"Ada sedikit yang siaote masih kurang mengerti, harap saudara memberi keterangan sebenar-benar."

Irama Suling Menggemparkan Rimba PersilatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang