SIANG KOAN KIE sebetulnya masih ingin bertanya lagi, tetapi ketika mendengar ucapan orang tua itu, ia lalu terdiam.
Orang tua itu setelah berpikir sejenak lalu bertanya pula kepada orang tinggi besar itu,
"Kun-liong-ong mengutus kalian memasuki daerah pegunungan Pek-ma-san ini, entah siapa yang dicari?"Orang itu memandang wajah orang tua aneh itu sejenak, baru berkata, "Untuk mencari
seorang...," tiba-tiba ia menggelang2kan kepala, kemudian berkata pula, "Aku tak dapat menyebutkan nama orang itu, tetapi wajah dan bentuknya aku ingat baik, asal aku melihatnya, segera dapat kukenali!"Orang tua itu tiba-tiba melototkan matanya, ia menatap wajah orang itu, kemudian berkata, "Apa kau hendak mencari aku?"
"Bukan, aku di sini membawa gambarnya," jawab orang itu sambil menggeleng2kan kepala.
Orang tua itu mengambil sebuah lukisan dari badan orang itu, di atas kain sutera putih itu ada terlukis sebuah gambar seorang lelaki tegap dan tinggi besar mengenakan pakaian warna biru.
Siang-koan Kie yang menyaksikan gambar itu, hatinya tergerak, dalam hatinya berkata, "Orang lelaki itu aku ingat seperti mayat laki2 yang aku pernah lihat di dalam goa di atas
gunung belukar itu...."Oleh karena mayat itu kulit dan dagingnya sudah kering, wajahnya sudah susah dikenali, tetapi pakaian orang dalam lukisan itu serupa benar dengan pakaian mayat laki2 itu.
Orang tua itu setelah memandang gambar lukisan itu sebentar, wajanya tiba-tiba berobah, katanya, "Apa? Apakah ia juga berada di dalam gunung Pek-ma-san ini?"
"Belum tentu, orang2 yang diutus oleh pemimpin kita bukan hanya rombongan kita bertiga saja, kecuali di gunung Pek-ma-san ini, masih ada lain tempat lagi."
Sikap orang tua itu pulih seperti biasa lagi, ia meletakan gambar lukisan itu dilantai dekat dirinya, lalu bertanya pula, "Rombongan kalian yang memasuki daerah pegunungan
Pek-ma-san ini, bukankah hanya bertiga saja? Betul tidak?""Betul."
Orang tua itu mengawasi Wan Hauw, lalu berkata sambil tertawa, "Satu sudah binasa ditangan Wan Hauw, dan kau tertangkap hidup2, sekarang yang berada di dalam gunung ini hanya tinggal seorang saja."
Mendengar suara orang itu, laki2 tinggi besar itu merasa ada gelagat tidak beres, tetapi ia tidak berani bertanya, terpaksa menganggukkan kepala dan menjawab, "Ya."
"Kawanmu yang masih hidup itu, entah ia tahu kau datang ke kuil ini atau tidak?"
Orang itu berpikir lama, baru menjawab, Waktu kita memasuki daerah pegunungan ini, masing-masing berjalan berpencaran, tetapi sudah berjanji, tujuh hari kemudian, kita berjumpa di salah satu tempat di daerah pegunungan ini, entah mereka tahu aku datang ke kuil tua ini atau tidak, aku sendiri juga tidak tahu."
Orang tua itu mengawasi Siang-koan Kie sejenak, lalu berkata, "Jikalau kita tidak membunuh orang ini, kemudian membebaskannya, dia nanti pasti akan membocorkan rahasia dalam kuil tua ini, selanjutnya akan menimbulkan banyak kerewelan."
Siang-koan Kie diam-diam membenarkan pikiran orang tua itu, setelah menghela napas perlahan, lalu berkata, "Meskipun ucapan suhu ini benar, tetapi dia dengan kita tidak ada
permusuhan apa-apa, dengan tanpa sebab kita membunuhnya, sesungguhnya kurang pantas.""Tetapi jika kita tidak membunuhnya, dikemudian hari kita tidak bisa tenang lagi."
Laki2 itu dengan sinar mata meminta-minta, mengawasi Siang-koan Kie.
Siang-koan Kie berpikir, kemudian berkata kepada suhunya, "Suhu, apakah kita tidak dapat mencari akal, supaya dia jangan menceritakan kejadian atau keadaan dalam kuil ini....?"
![](https://img.wattpad.com/cover/92747379-288-k439665.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Irama Suling Menggemparkan Rimba Persilatan
Ficción GeneralPartai Pengemis (Kay Pang) saat ini menjadi kekuatan yang paling besar dan sangat disegani dunia persilatan bahkan melebihi kekuatan 9 partai besar, ini semua karena jasa seorang Sastrawan Tua yang merupakan penasihat sekaligus orang kedua sesudah P...