Bab 71

1.7K 34 1
                                    

SIANG KOAN KIE berpaling memandang Touw Thian Gouw dan berkata:
"Rombongan orang2 berpakaian hitam itu sudah jelas pasukan pengawal baju hitam Kun-liong ong, kau mengenakan pakaian seragam mereka, tidak baik untuk pergi kesana, untuk sementara harap toako sembunyi dan menantikan siaote didalam rimba ini, siaotee hendak pergi melihat apa yang telah terjadi di sana."

"Apabila kau menemukan tandingan yang sulit Untuk hadapi, harap kau panggil aku," berkata Touw Thian Gouw.

Siang-koan Kie segera menghunus pedangnya dan lari menuju kemedan pertempuran itu Benar saja, orang yang sedang dikeroyok itu memang Wan Hauw.

Dengan sepasang tangan kosong, Wan Hauw menahan musuh2 yang mengeroyok dirinya, hembusan angin yang keluar dari kedua tangannya, merupakan dinding kuat yang susah ditembusi oleh musuh-musuhnya. Beberapa puluh orang berpakaian hitam, percuma saja dengan senjata mereka, seorangpun tidak mampu mendekati dirinya. Dibawah perlindungan sangat kuat Wan Hauw, nampak Nie Suat Kiao yang duduk bersila dengan paras pucat pasi, peluh sudah membasahi dahinya, agaknya sedang melakukan pernapasan dengan menahan penderitaan hebat.

Siang-koan Kie terperanjat, pikirnya; "apakah nona yang bernasib malang ini telah menderita luka parah lagi?"

Sementara berpikir pedang ditangannya sudal bergerak melancarkan serangan.

Rombongan pengawal baju hitam itu meskipun sebagian besar terdiri dari orang2 yang berkepandaian tinggi, tetapi mengeroyok Wan Hauw seorang diri saja sudah merasa kewalahan, kini di ambil dengan kedatangan Siang-koan Kie, bagaimana mereka sanggup bertahan? Dalam waktu sangat singkat, Siang-koan Kie sudah berhasil membobolkan kepungan mereka.

Sambil membentak dengan suara keras, Wan Hauw melancarkan satu serangan hebat, seorang diantara orang2 yang mengepung dirinya itu telah jatuh tersungkur dan binasa seketika itu juga Siang-koan Kie yang menyerbu masuk, juga sudah berhasil membinasakan satu musuh.

Yang lainnya mungkin tahu bahwa pihaknya tidak sanggup memberi perlawanan, dengan serentak mengundurkan diri.

Wan Hauw mengawasi berlalunya rombongai pengawal baju hitam itu, tetapi tidak mengejar Perlahan2 ia berpaling kearah Siang-koan Kie, kemudian berkata;
"Toako, kita telah bertemu lagi."
"Saudara, kita berpisahan sudah sepuluh hari lebih, mengapa kau masih berada disini?", demikian Siang-koan Kie balas bertanya.

Wan Hauw mengawasi Nie Suat Kiao sejenak, kemudian menjawab;
"Dia tidak mau pergi, katanya hendak berdiam disini dulu untuk menantikan kedatangan seseorang!"

"Menantikan kedatangan seseorang? siapa?"

"Mana aku tahu? Dia suruh aku menunggu, terpaksa aku berdiam disini juga."

Siang-koan Kie bertanya-tanya kepada diri sendiri; 'Setan ini entah mempunyai maksud apa lagi? Apakah ia masih belum cukup dengan penderitaan yang diterima dari Kun-liong Ong?'
Namun demikian, ia juga tidak berani bertanya, maka disimpannya didalam hati, hendak menantikan kesempatan yang lebih baik.

Sementara itu rombongan pengawal baju hitam tadi, sudah kabur semuanya.

Disebidang tanah yang kosong itu kini hanya tinggal Siang-koan Kie, Wan Hauw dan Nie Suat Kiao.

Suasana nampak sunyi, lama baru terdengar suara Siang-koan Kie yang amat perlahan:

"Nona Nie."

Nie Suat Kiao perlahan membuka matanya, ia memandang Siang-koan Kie sejenak kemudian bertanya;
"Ada apa?"
"Apakah nona hendak menantikan seseorang?"
"Benar!"
"Siapa?"

Nie Suat Kiao tiba2 berdiri, ia berkata. lambat-lambat;
"Orang itu adalah kau sendiri, aku tahu didalam sepuluh hari, tidak boleh tidak aku harus bertemu denganmu."

Irama Suling Menggemparkan Rimba PersilatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang