Bab 109

1.9K 36 0
                                    

KATA2 Nie Soat Kiao itu, benar saja membawa pengaruh besar, Kun-liong Ong tanpa berkata sepatahpun juga, sudah lompat kabur.

Siang-koan Kie mengawasi berlalunya musuh besarnya itu, tiba2 menghela napas panjang dan berkata : "Pangcu, nona Nie, mengapa lantaran jiwaku seorang, membuat kerugian seluruh rimba persilatan? Aku Siang-koan Kie sekalipun masih hidup, juga merasa tidak tenang."

"Inilah perbedaannya antara pendekar dengan bajingan. Kalau golongan pengemis mempunyai mentalitas seperti Kun-liong Ong, tidak perlu membuat perhitungan dengannya ..." berkata Auw-yang Thong.

"Kau tak perlu merasa tidak tenang, melepaskan Kun-liong Ong, bukan karena menolong jiwamu." berkata Nie Soat Kiao sambil bersenyum.

"Terima kasih atas hiburanmu menolong aku secara demikian, Siang-koan Kie meskipun masih hidup, tetapi seperti sudah mati." berkata Siang-koan Kie sambil tertawa masam.

"Apa? Kau tidak percaya perkataanku?"

"Aku bersedia mendengarkan uraianmu."

"Pengaruh Kun-liong Ong masih kuat, kamar racun di istananya belum hancur, pembantu2nya yang kuat2 masih ada, raja2 muda timur barat selatan dan utara, masing2 masih mempunyai banyak orang kuat, tersebar di-mana2. Kalau hari ini kita membinasakan Kun-liong Ong, orang2 itu masing2 akan berebutan pengaruh sendiri2, akibatnya lebih besar daripada masih dibawah kekuasaan Kun-liong Ong."

"Itu memang benar." berkata Auw-yang Thong.

"Kalau kita ingin membasmi Kun-liong Ong sampai diakar-akarnya," sambungnya Nie Soat Kiao, "kita harus membasmi juga pembantu2nya yang penting, untuk mencegah timbulnya bahaya dikemudian hari."

"Memang begitu."

"Oleh karenanya, maka aku melepaskan Kun-liong Ong. Seumur hidupnya Kun-liong Ong belum pernah mengalami kekalahan demikian hebat, olehnya pasti dianggap suatu hinaan besar. Sepulangnya ke istana, ia pasti memanggil empat raja muda dan mengerahkan semua kekuatan yang ada untuk melakukan pertempuran yang menentukan dengan kita dan untuk menebus kekalahannya hari ini."

"Kalau ditilik kekuatan kedua pihak, entah bagaimana kesudahannya dalam pertempuran itu nanti?" tanya Auw-yang Thong.

"Ini seharusnya akan merupakan satu pertempuran paling hebat, kedua pihak akan jatuh banyak korban jiwa manusia. Kalau mengadu kekuatan sesungguhnya, kerugian musuh akan lebih besar daripada pihak kita. Mungkin banyak orang-orang kuat rimba persilatan yang akan gugur dalam pertempuran ini, maka menurut pendapat hamba, dalam pertempuran nanti, sebaiknya jangan menggunakan siasat mengadu kekuatan ..." berkata Nie Suat Kiao.

"Pendapatmu cocok dengan pikiranku. Apabila kita membiarkan Kun-liong Ong mengerahkan semua pembantunya yang kuat, melakukan pertempuran mati2an disini, golongan Pengemis sesungguhnya masih belum mempunyai keyakinan bisa merebut kemenangan. Aih Kekalahan besar pada setengah tahun berselang, pihak kita kehilangan banyak tenaga kuat. Delapan pasukan berani mati kita telah kehilangan tiga, Koan Sam Seng kutung sebelah tangannya. Dalam pertempuran itu Kun-liong Ong belum mengerahkan seluruh kekuatannya, apalagi kali ini ia akan mengerahkan seluruh kekuatannya, kita memang tidak perlu melakukan pertempuran mati2an." berkata Auw-yang Thong.

"Jikalau bukannya golongan Pengemis yang berani menentang Kun-liong Ong, keadaan rimba persilatan dewasa ini mungkin sudah berlainan. Pangcu bukan saja merupakan pemimpin kita, sebetulnya juga merupakan juru selamat umat manusia di dunia."

Sek-bok Taysu tiba2 berkata: "Terhadap kejahatan Kun-liong Ong yang mengancam ketentraman rimba persilatan, hanya golongan Pengemis yang berani menentang sendirian, ini sebetulnya tidak adil. Sekarang juga lolap hendak pulang ke gereja siau-lim-sie, menemui ketua lolap untuk meminta supaya siau-lim-sie mengerahkan kekuatan, memberi bantuan pangcu."

Irama Suling Menggemparkan Rimba PersilatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang