HUI KONG LEANG menotok jalan darah gagu Nie Soat Kiao seraya berkata:
"Aku selalu merasa bahwa perempuan ini terlalu licin susah dihadapinya, sebaiknya menggunakan kesempatan ini memusnahkan saja kepandaiannya, entah bagaimana pikiran tuan-tuan?"
Nie Soat Kiao meskipun sudah tertotok jalan darahnya, tetapi ia masih bisa dengar ucapan Hui Kong Leang, maka seketika itu ia pentang lebar kedua matanya.
"Pikiran saudara Hui baik sekali, siaotee setuju," berkata Auw yang thong.
Nie Soat Kiao berpaling mengawasi Tiat Bok taysu, dari pandangan matanya mengunjukkan suatu perasaan yg minta dikasihani.
Sebab apabila paderi tua itu juga setuju pikiran Hui Kong Leang, maka Hui Kong Leang pasti akan memusnahkan kepandaiannya.
Tiat Bok taysu berkata sambil menghela napas panjang: "Seorang yang belajar ilmu silat, paling takut adalah kalau seluruh kepandaiannya dimusnahkan, tetapi gadis ini sangat kejam dan ganas perbuatannya, apabila kalian berdua bermaksud hendak memusnahkan kepandaiannya, lolap juga tidak menentang."
Bicara sampai disitu, dari luar terdengar pula dua kali suara getaran hebat. Paras nyonya Ho berubah seketika, dengan cepat ia melesat keluar.
Tiat Bok taysu lalu berkata dengan suara perlahan:
"Kita bawa gadis ini kemari, kini telah menimbulkan kesukaran bagi orang lain, bagaimana kita dapat berpeluk tangan? Kalian berjaga disini, lolap akan keluar untuk melihat apa yang telah terjadi?"
Setelah itu, paderi itu juga keluar menyusul nyonya Ho.
Hui Kong Leang meletakkan gadis itu dan, kemudian berkata sambil tertawa; "Tolong Auw-yang Pangcu menjagai perempuan ini, siaote juga hendak keluar."
Kini dalam ruangan ini hanya tinggal Auw-yang Thong bersama Nie Soat Kiao.
Auw-yang Thong membuka totokan jalan darah gadis itu dan berkata dengan sungguh2:
"Nona, kau pikirlah baik-baik, bala bantuan yang datang hendak menolong kau, barangkali Kun-Liong Ong tidak datang sendiri......"
"Djikalau ayah angkatku datang sendiri, barangkali kalian tidak ada satupun yg hidup," berkata Nie Soat Kiao dingin.
"Kalau bukan Kun-liong Ong yang datang sendiri, bagaimana kepandaian orang yang datang itu?" bertanya Auw-yang Thong.
"Kalau hanya mengandalkan kepandaian saja, orang yang datang itu mungkin bukan tandingan kalian, tetapi mereka memindjam kekuatan barang untuk menundukkan lawannya....."
Sementara itu dari luar terdengar pula suara bentakan orang.
Auw-yang Thong tercengang, ia merasa heran bagaimana orang itu demikian cepat sudah berada diluar pintu? Apakah Tiat Bok, Kie Bok, Hui Koan Leang dan nyonya Ho tidak sanggup menahan kedatangan orang itu?
Dalam Keadaan gawat pemimpin golongan pengemis itu dapat mengambil keputusan dengan cepat. Ia menotok lagi jalan darah gadis itu, kemudian diletakkan dibelakang pintu dan ia sendiri lalu berjalan keluar.
Baru saja tiba diambang pintu, masih belum sempat untuk melihat apa yang telah terjadi, hembusan angin keras dirasakan menyambar diatas kepdanya.
Auw-yang Thong terperanjat, dengan cepat ia mengerahkan tangannya untuk menangkis.
Tetapi barang yang menyambar kepalanya itu dengan cepat melesat lagi keatas. Ia heran, siapakah yang dapat bergerak demikian gesit?
Tatkala mendongakkan kepalanya, matanya segera dapat melihat seekor burung berbulu putih dengan paruhnya yang merah terbang berputar-putaran diatas kepalanya, agaknya hendak menyerang dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Irama Suling Menggemparkan Rimba Persilatan
Fiction généralePartai Pengemis (Kay Pang) saat ini menjadi kekuatan yang paling besar dan sangat disegani dunia persilatan bahkan melebihi kekuatan 9 partai besar, ini semua karena jasa seorang Sastrawan Tua yang merupakan penasihat sekaligus orang kedua sesudah P...